Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Yey, Kali Ini Aku Berhasil

             “Yey, kali ini aku berhasil”, batinku dalam hati. Kemarin, entah mengapa waktu mengajar les privat aku ikut-ikutan terbawa emosi karena muridku yang  badmood  wkwk. Aku pun mencoba mencari cara, bagaimana bisa meminimalisir  badmood nya dan dia mau belajar dengan baik. Ya, akhirnya aku memutuskan untuk bersikap cuek ke dia hehe, kalau dalam istilah di Biologi, ini menggunakan cara  negative feedback,  hehe. Entahlah, itu pokoknya. Tak seperti biasanya. Biasanya aku yang ramah menanyakan ke dia, “Dek, nanti les jam berapa?”, kali ini aku belum sempat menghubunginya. Eh, tumben sekali, adik itu menghubungi saya duluan, “Mbak, nanti lesnya malam saja, ya. Kalau sore saya capek. Semoga nanti tidak  badmood  lagi”, ucapnya. Karena saya sudah berniat ingin bersikap cuek padanya, yang biasanya saya suka  chatting  pakai  emot-emot  yang menyenangkan, kali ini tidak. Kujawab pesan itu deng...

Terspesial

Bagi saya, mengajar les privat untuk anak sekolah, tak lagi menjadi hal yang asing. Ya, sejak masa kuliah S1 hingga saat ini, Alhamdulillah, saya pernah merasakan berbagai pengalaman mengajar, dimulai dari tingkatan SD, SMP, hingga SMA. Kadang, saya pun bercanda dengan adik saya, kalau saya belum pernah mengajar anak usia TK. Sembari membayangkan bagaimana jadinya jika saya mengajar anak TK hehe. Kira-kira, anaknya mau belajar dengan saya atau malah menangis? wkwkw Selama mengajar les privat, tentu saja saya dihadapkan dengan berbagai macam karakter dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Ada siswa yang pendiam, ada siswa yang serius, ada siswa yang  banyak pertanyaan, ada siswa yang ceriwis, ada siswa yang suka mengantuk, ada pula siswa yang mood nya gampang sekali naik-turun. Ya, suatu hal yang wajar ketika kita terjun di dunia pendidikan. Selamanya, tak akan pernah ada siswa yang karakteristiknya persis sama sekali, karena memang setiap individu dicipta spesial, dengan kara...

Tentang Kesabaran

"Eka kalau ada waktu setoran 1 ayat saja ya, sama ngulang bacaan yang kurang lancar", pesan itulah yang hampir setiap hari aktif kuliah muncul di layar WhatsApp saya. MaasyaAllah, salah satu teman saya di kelas, yang merupakan lulusan pondok ini sangat setia membimbing saya dalam belajar Al-Qur'an, mulai dari memperbaiki makharijul huruf, panjang pendek, hingga bersedia menjadi penyimak waktu saya setoran hafalan. Sejak awal, ini merupakan komitmen saya, untuk menambah hafalan di setiap harinya dan menyetorkan pada teman saya ini hehe. Awalnya, saya berkomitmen untuk menghafal 3 ayat per hari, namun ternyata, tak semudah yang dibayangkan hihi. Kalau tugas kuliah lumayan banyak, ada hari yang terlewat tanpa hafalan huhu. Padahal, teman saya sudah sangat setia mengingatkan saya. Akhirnya, dia sering berkata, "Tambah satu ayat saja, Eka. Satu saja." Baiklah. InsyaAllah. Sungguh, semua perkara ini butuh kesabaran. Semua kebaikan tidak dapat tercapai melainkan d...

Mengubah Mindset

“Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, belajar sesudah besar bagaikan mengukir di atas air”.  Mungkin kalimat tersebut seringkali kita dengar dari kita kecil dulu hingga sekarang. Namun, sore tadi, ada hal yang berbeda. Ustadzah di tempat kami belajar tahsin mengubahnya seperti ini,  “Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, belajar sesudah besar bagaikan mengukir di atas batu”.  Dengan demikian, secara tidak langung ustadzah menginstruksikan kepada kami untuk mengubah  mindset,  yakni kapanpun kita belajar, kita bisa diberikan kemudahan; mudah memahami dan mudah menghafalkan. Ya, karena memang peserta tahsin kali ini mayoritas ialah ibu-ibu, yang usianya sekitar 40-50 tahun. Golongan mudanya hanya beberapa hehe.  Maasya Allah,  jujur saja, saya kagum dengan mereka, begitu semangat untuk belajar Al-Qur’an di usianya yang tak muda lagi. Meski agak susah dalam melafadzkan huruf hijaiyah dan juga tak punya nafas panjan...

Ialah Tentang Keyakinan

Beberapa hari yang lalu, ada seseorang yang bercerita kepada saya, intinya seperti ini, "Mbak, kadang ada orang yang rajin beribadah, namun rezekinya pas-pasan, sebaliknya, ada pula orang yang tidak rajin dalam beribadah, namun rezekinya malah berlimpah. Hal ini yang terkadang membuat kita iri. Bagaimana ya, Mbak?" Mungkin tak dapat dipungkiri bahwa kejadian yang senada dengan hal di atas itu pernah kita alami. Terkadang kita iri dengan rezeki maupun pencapaian orang lain. Manusiawi memang, hawa nafsu kita diciptakan untuk cenderung pada sesuatu yang bersifat duniawi, salah satunya memaknai rezeki hanyalah dengan harta. Andai saja rezeki selalu diukur dengan harta, maka tentu saja orang kaya lebih mulia dibandingkan orang miskin. Sedangkan Allah, tak pernah memandang seseorang melainkan dari ketakwaannya. Jika kita paham betul bahwasanya kadar rezeki telah diatur oleh Allah, tentu saja kita tak akan lagi memusingkannya. Allah telah menyediakan setiap jiwa dengan rezekin...

Yang Susah Bukan Memulai, Namun Menekuni

Sering kita mendengar pernyataan yang senada dengan judul di atas, bahwasanya yang sulit bukanlah di permulaannya, namun mengistiqamahkannya. Kurasa, apapun pekerjaannya, itulah hal yang tersulit dilakukan. Yaps, benar sekali. Pantas saja Allah mengistimewakan orang yang istiqamah. Sebagaimana dalam hadits disebutkan bahwa "Amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus menerus meskipun sedikit”. (HR Bukhari). Mengenai hal ini, berkali-kali aku pun mengalaminya. Banyak hal yang mudah untuk mengawalinya, bersemangat dalam memulainya, namun untuk menekuninya memang begitu sulit. Ya, sebagaimana saat ini. Salah satu keinginan saya ialah one day one posting, satu hari satu tulisan. Di awal-awal aku menetapkan keinginan itu, bisa saja aku menuliskan 2-3 tulisan dalam 1 hari. Namun ternyata, hal itupun tak berjalan lama. Hingga akhirnya, banyak hari yang bolong tanpa menulis. Sungguh menyedihkan huhu. Bukan hanya menulis saja. Dalam membaca pun seperti ini. Ada saat yang ...

Bahagia Itu Merdeka

Seketika teringat ucapan yang disampaikan oleh Prof Amin sekitar seminggu yang lalu, sewaktu memberi motivasi di sela-sela mata kuliah Evolusi Molekuler. Beliau ialah Profesor yang masih cukup muda, sekaligus bisa dibilang seorang motivator. Biasanya, jika jam mata kuliah masih ada, namun materi sudah tersampaikan semuanya, beliau memberikan ragam kalimat motivasi kepada para mahasiswanya. Banyak hal yang dapat saya ingat mengenai ucapan beliau, mulai dari ciri orang sukses, ciri orang cerdas, tentang bahagia, tentang berpikir positif, dan sedikit tentang latihan untuk mendapatkan energi positif. Namun, untuk tulisan kali ini, saya sedang ingin membahas mengenai salah satu hal yang diucapkan beliau, yaitu “Bahagia Itu Merdeka”.             Beliau bertanya kepada kami, “Apa tujuan hidup ini?”, yaitu “Bahagia”. Lalu beliau menjelaskan kembali bahwasanya yang dikatakan bahagia ialah merdeka. Beberapa kali beliau mengulang kalimat i...

Fastabiqul Khairat

Malam ini tadi, cukup shock therapy dengan sistem seleksi untuk Daurah Tahsin Online. Daurah ini diadakan oleh oleh lembaga Insan Penjaga Al-Quran (InPAL), insyaAllah pelaksanaannya di Bulan Ramadhan nanti. Beberapa hari yang lalu, memang admin sudah mengabarkan bahwa seleksi dimajukan, yakni akan dilaksanakan pada tanggal 16-18 Maret 2019. Seleksinya yaitu menghafalkan QS. An-Nuur (24): 31 beserta artinya. Tentu saja saya belum hafal hehe, namun seingat saya ayat itu tentang kewajiban menutup aurat bagi wanita. Saya sih nyantai saja (efek goldar O mungkin gini kali ya). Ah, masih tanggal 18. Cukuplah buat hafalan 1 ayat dan artinya, pikir saya. Dan entah kenapa, sore tadi saya tergerak membuka mushaf QS An-Nuur: 31 di sela-sela bimbingan tartil, sambil agak memiringkan badan biar gak kelihatan ustadzah kalau saya sedang membuka Al-Quran untuk ayat yang lain. Alhasil, saya cukup shock, ternyata QS. An-Nuur: 31 cukup panjang. Hampir memenuhi satu halaman. Wah, wah. Mulai berpikir bag...

Persiapkan Ramadhan Menuju Qolbun Salim (Hati yang Bersih)

Ramadhan sebentar lagi akan menghampiri kita. Sebuah momen yang luar biasa berharga bagi setiap orang mukmin untuk beramal. Ketika Ramadhan tiba tentunya kita berlomba-lomba melakukan amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Namun, ada hal yang lebih penting daripada amalan fisik, yaitu amalan hati. Imam Ibnul Qayyim ra. mengatakan “…Amalan hati adalah pokok sedangkan amalan badan itu adalah penyerta dan penyempurna. Sesungguhnya niat itu laksana ruh sedangkan amalan itu laksana badan. Apabila ruh meninggalkan badan, maka ia akan mati. Maka, mempelajari hukum-hukum hati lebih penting daripada mempelajari hukum-hukum badan.” Mengontrol hati supaya tetap bersih bukan perkara yang mudah. Setiap diri kita tentu tak luput dari kesalahan, baik kesalahan kecil maupun kesalahan besar. Di balik melimpahnya amalan fisik, mungkin saja dalam hati kita masih begitu menumpuk nista dan dosa. Masih banyak penyakit hati yang sering menjangkiti diri kita, seperti suudzon, iri dengki, suka berghibah, ter...

Menumbuhkan Budaya Baca melalui Komunitas Literasi untuk Indonesia Unggul dan Berdaya Saing

Indonesia Darurat Membaca Membaca ialah aktivitas positif yang memberikan manfaat sangat besar. Membaca dapat memperluas cakrawala ilmu, membentuk sikap dan keterampilan seseorang. Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa kualitas seseorang tergantung pada buku yang dibacanya. Seseorang yang gemar membaca akan berpengetahuan luas, lebih kritis, dan mampu menanggapi keadaan di sekitarnya dengan bijak. Ironisnya, pada saat ini generasi muda banyak yang tidak suka membaca. Berdasarkan data Kantor Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 90% penduduk usia di atas 10 tahun tidak suka membaca buku. Penduduk negara maju membaca 20 hingga 30 judul buku per tahun, namun penduduk Indonesia hanya membaca sekitar 3 judul buku per tahun. Bahkan, menurut data statistik dari UNESCO, dari total 61 negara, Indonesia berada di peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Peringkat 59 diisi oleh Thailand dan peringkat terakhir diisi oleh Botswana. Finlandia menduduki peringkat pertama dengan ti...

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...