Bagi saya, mengajar les privat untuk anak sekolah, tak lagi menjadi hal yang asing. Ya, sejak masa kuliah S1 hingga saat ini, Alhamdulillah, saya pernah merasakan berbagai pengalaman mengajar, dimulai dari tingkatan SD, SMP, hingga SMA. Kadang, saya pun bercanda dengan adik saya, kalau saya belum pernah mengajar anak usia TK. Sembari membayangkan bagaimana jadinya jika saya mengajar anak TK hehe. Kira-kira, anaknya mau belajar dengan saya atau malah menangis? wkwkw
Selama mengajar les privat, tentu saja saya dihadapkan dengan berbagai macam karakter dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Ada siswa yang pendiam, ada siswa yang serius, ada siswa yang banyak pertanyaan, ada siswa yang ceriwis, ada siswa yang suka mengantuk, ada pula siswa yang mood nya gampang sekali naik-turun. Ya, suatu hal yang wajar ketika kita terjun di dunia pendidikan. Selamanya, tak akan pernah ada siswa yang karakteristiknya persis sama sekali, karena memang setiap individu dicipta spesial, dengan karakteristiknya masing-masing. Begitu pula dengan gaya belajarnya, pasti akan berbeda-beda.
Selama menghadapi siswa seperti itu, guru memang harus punya cara spesial, sehingga bisa menyesuaikan dengan kondisi siswanya. Yang salah bukan siswanya, namun tantangan bagi guru untuk mengeksplorasi beragam cara mengajar, sehingga bisa menemukan versi mengajar terbaiknya, tak hanya monoton, namun menyesuaikan kondisi siswanya. Sebagaimana siswa yang memiliki ragam gaya belajar, guru pun memiliki gaya mengajar. Suatu hal yang kurang tepat ialah ketika guru cenderung menggunakan gaya mengajarnya sendiri, sehingga kurang memperhatikan gaya belajar siswanya. Betul, tidak? Saya pun masih sering begini hehe.
Mengenai hal ini, kami pernah membahasnya pada mata kuliah problematika pendidikan, mengenai permasalahan multimodalitas. Multimodalitas disini menuntut cara yang beragam dari guru, sehingga bisa menyesuaikan gaya belajar siswa yang sungguh beragam (ada 7 gaya belajar menurut memletics). Untuk teorinya, sudah kami tuntaskan di materi kuliah kemarin, namun ternyata, setelah praktik, tak semudah yang dibayangkan hehe.
Ya, saat ini, saya tengah dihadapkan dengan murid yang mudah mengantuk dan moodnya sungguh tak teratur. Kalau dia lagi senang, dia akan mudah sekali memahami materi, namun kalau dia moodnya sudah jelek dari awal, dia sama sekali tidak ada semangat belajar. Untuk menghadapi satu siswa di les privat yang seperti ini saja, saya sudah cukup kuwalahan, lalu bagaimana dengan kelas yang cukup besar? Ini masih menjadi PR tersendiri bagi saya.
Tentunya, ini juga menjadi PR besar untuk para calon pendidik, bahwasanya sangat penting memahami kondisi siswa dalam belajar, bahkan apabila ada siswa yang spesial, dalam artian membutuhkan perhatian khusus dari gurunya. Guru harus mampu menciptakan suasana menyenangkan, yang tidak membuat siswa bosan dan bisa fokus pada pembelajaran. Karena bagaimanapun, ini bukan salahnya siswa, namun guru ialah pengendali utama. Semua ini tentunya harus dibiasakan, hingga nanti kita bisa menjadi guru yang hebat.
Menjadi guru yang hebat membutuhkan proses yang sangat panjang. Tetaplah berusaha dan bersiaplah menjadi guru hebat yang dicintai siswa. Karena tugas guru tak hanya menjejalkan materi belaka, namun membentuk sebaik-baik karakter siswa dan memberikan pengalaman bermakna. Siswa yang hebat ialah dari guru yang hebat. Guru yang hebat ialah karena pengalaman yang hebat. Jangan takut berposes, bertumbuhlah menjadi guru yang hebat. Karena bagaimanapun, setiap siswa ialah spesial dan setiap guru yang hebat pasti punya cara yang spesial.
Selama mengajar les privat, tentu saja saya dihadapkan dengan berbagai macam karakter dan gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Ada siswa yang pendiam, ada siswa yang serius, ada siswa yang banyak pertanyaan, ada siswa yang ceriwis, ada siswa yang suka mengantuk, ada pula siswa yang mood nya gampang sekali naik-turun. Ya, suatu hal yang wajar ketika kita terjun di dunia pendidikan. Selamanya, tak akan pernah ada siswa yang karakteristiknya persis sama sekali, karena memang setiap individu dicipta spesial, dengan karakteristiknya masing-masing. Begitu pula dengan gaya belajarnya, pasti akan berbeda-beda.
Selama menghadapi siswa seperti itu, guru memang harus punya cara spesial, sehingga bisa menyesuaikan dengan kondisi siswanya. Yang salah bukan siswanya, namun tantangan bagi guru untuk mengeksplorasi beragam cara mengajar, sehingga bisa menemukan versi mengajar terbaiknya, tak hanya monoton, namun menyesuaikan kondisi siswanya. Sebagaimana siswa yang memiliki ragam gaya belajar, guru pun memiliki gaya mengajar. Suatu hal yang kurang tepat ialah ketika guru cenderung menggunakan gaya mengajarnya sendiri, sehingga kurang memperhatikan gaya belajar siswanya. Betul, tidak? Saya pun masih sering begini hehe.
Mengenai hal ini, kami pernah membahasnya pada mata kuliah problematika pendidikan, mengenai permasalahan multimodalitas. Multimodalitas disini menuntut cara yang beragam dari guru, sehingga bisa menyesuaikan gaya belajar siswa yang sungguh beragam (ada 7 gaya belajar menurut memletics). Untuk teorinya, sudah kami tuntaskan di materi kuliah kemarin, namun ternyata, setelah praktik, tak semudah yang dibayangkan hehe.
Ya, saat ini, saya tengah dihadapkan dengan murid yang mudah mengantuk dan moodnya sungguh tak teratur. Kalau dia lagi senang, dia akan mudah sekali memahami materi, namun kalau dia moodnya sudah jelek dari awal, dia sama sekali tidak ada semangat belajar. Untuk menghadapi satu siswa di les privat yang seperti ini saja, saya sudah cukup kuwalahan, lalu bagaimana dengan kelas yang cukup besar? Ini masih menjadi PR tersendiri bagi saya.
Tentunya, ini juga menjadi PR besar untuk para calon pendidik, bahwasanya sangat penting memahami kondisi siswa dalam belajar, bahkan apabila ada siswa yang spesial, dalam artian membutuhkan perhatian khusus dari gurunya. Guru harus mampu menciptakan suasana menyenangkan, yang tidak membuat siswa bosan dan bisa fokus pada pembelajaran. Karena bagaimanapun, ini bukan salahnya siswa, namun guru ialah pengendali utama. Semua ini tentunya harus dibiasakan, hingga nanti kita bisa menjadi guru yang hebat.
Menjadi guru yang hebat membutuhkan proses yang sangat panjang. Tetaplah berusaha dan bersiaplah menjadi guru hebat yang dicintai siswa. Karena tugas guru tak hanya menjejalkan materi belaka, namun membentuk sebaik-baik karakter siswa dan memberikan pengalaman bermakna. Siswa yang hebat ialah dari guru yang hebat. Guru yang hebat ialah karena pengalaman yang hebat. Jangan takut berposes, bertumbuhlah menjadi guru yang hebat. Karena bagaimanapun, setiap siswa ialah spesial dan setiap guru yang hebat pasti punya cara yang spesial.
Komentar
Posting Komentar