Langsung ke konten utama

Ialah Tentang Keyakinan

Beberapa hari yang lalu, ada seseorang yang bercerita kepada saya, intinya seperti ini, "Mbak, kadang ada orang yang rajin beribadah, namun rezekinya pas-pasan, sebaliknya, ada pula orang yang tidak rajin dalam beribadah, namun rezekinya malah berlimpah. Hal ini yang terkadang membuat kita iri. Bagaimana ya, Mbak?"
Mungkin tak dapat dipungkiri bahwa kejadian yang senada dengan hal di atas itu pernah kita alami. Terkadang kita iri dengan rezeki maupun pencapaian orang lain. Manusiawi memang, hawa nafsu kita diciptakan untuk cenderung pada sesuatu yang bersifat duniawi, salah satunya memaknai rezeki hanyalah dengan harta. Andai saja rezeki selalu diukur dengan harta, maka tentu saja orang kaya lebih mulia dibandingkan orang miskin. Sedangkan Allah, tak pernah memandang seseorang melainkan dari ketakwaannya.
Jika kita paham betul bahwasanya kadar rezeki telah diatur oleh Allah, tentu saja kita tak akan lagi memusingkannya. Allah telah menyediakan setiap jiwa dengan rezekinya, dan tak akan mencabut jiwa tersebut kecuali telah disempurnakan rezekinya. Tersebutlah kisah seorang lelaki yang tercebur ke dalam sumur, ia pun teriak minta tolong. Qadarullah, ada orang yang berhasil menolongnya. Ia pun diberi segelas susu oleh sang penolong dan diminumnya, sembari ditanya mengenai kronologi jatuhnya ke dalam sumur. Sang lelaki pun memeragakan bagaimana ia jatuh ke dalam sumur, dan secara tak sengaja, lelaki tersebut jatuh kembali ke dalam sumur dan akhirnya meninggal. Demikianlah, bukti bahwa Allah menyempurnakan rezeki orang tersebut dengan segelas susu yang diminumnya. Maka telah jelas, bahwasanya siapapun yang hidup pastilah diberi jatah rezeki oleh Allah sampai dia mati.
Adapun orang yang kaya di dunia, harta tersebut tentu saja akan ditanyai untuk apa digunakan. Dan sungguh, setiap harta itu akan ada hisabnya. Orang kaya akan lebih lama hisabnya dibandingkan orang miskin. Akan ditanya, apakah rezeki yang telah Allah berikan itu hanya untuk makan kemudian dibuang, ataukah hanya untuk dicari kemudian dikumpulkan, ataukah disedekahkan. Dan sungguh, sebaik-sebaik harta itu ialah yang dimanfaatkan untuk umat, untuk jalan kebajikan. Maka beruntunglah, orang miskin yang bersabar.
Maka, masalah rezeki ialah tentang keyakinan. Layaknya seekor burung yang keluar dari sarangnya di pagi hari, kemudian pulang di sore hari dalam keadaan terpenuhi kebutuhan pangannya. Layaknya seekor kucing yang berpindah dari rumah ke rumah, menunggu belas kasihan sang pemilik rumah untuk sekedar mendapat sepotong daging atau tempe sebagai makanannya. Bahkan, jika kucing tak sabar, ia pun akan mengambil makanan sang pemilik rumah dengan mengendap-endap. Begitulah usaha. Hewan pun punya naluri berusaha untuk kebutuhan hidupnya; dalam ilmu biologi ini dibahas dalam kajian etologi.
            Maka, untuk memudahkan turunnya rezeki, tentunya haruslah ada usaha. Ketika saya pernah mengikuti kajian mengenai magnet rezeki, disana dibahas mengenai cara mendatangkan rezeki, yaitu memperbanyak berpikir positif dan khusnudzon kepada Allah. Maka, untuk kita yang merasa sudah banyak beribadah dan rezekinya masih pas-pasan, yuk, coba kita lihat lagi ibadah kita, apakah memang benar-benar diawali dari niat yang benar? Ataukah masih sekedar rutinitas amalan fisik saja? Ataukah mungkin ini ialah cara Allah untuk menenguhkan keimanan kita, menguji kesabaran kita atas ibadah yang telah kita lakukan? Mari berintrospeksi dan tumbuhkanlah keyakinan kepada Allah, karena sejatinya, rezeki tak terbatas pada harta, namun rezeki terbaik ialah keteguhan islam kita. Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Lail: 5-7, “Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, serta membenarkan terhadap pahala yang terbaik (surga), maka Kami mudahkan baginya jalan yang mudah (Islam)”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...

Profil Singkat Eka Imbia Agus Diartika untuk FIM 21

Kolaborasi tentunya menjadi hal mutlak agar kita dapat berkembang. Menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda (FIM) ialah mimpi saya sejak 2 tahun yang lalu, 2017. Pada tahun tersebut, saya sudah mendaftarkan diri pada FIM 19, namun sayangnya, saat itu masih terhalang jarak karena saya masih berada di Malaysia dalam program PPL Internasional. Tahun ini, saya kembali membulatkan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga FIM. Untuk menjadi bagian dari FIM, tentunya dibutuhkan persiapan yang sangat matang. Di balik kegagalan saya untuk menjadi bagian dari FIM tahun 2017, saya percaya bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk terus menggali potensi yang saya miliki dan terus memperbaiki diri, sehingga untuk FIM 21 ini saya memilih jalur Young Expert. Terlahir di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, menjadikan saya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Sejak kecil, kedua orangtua saya selalu menanamkan arti perjuangan. Ayah selalu membiasakan saya untuk bekerja ke...

KERJAKAN SESUATU YANG BERMANFAAT

Bismillah. Sahabat, marilah sejenak mengingat-ingat segala hal yang telah kita lakukan hari ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita semua tahu, waktu yang telah berlalu tak akan mungkin bisa kembali. Tak mungkin bisa berulang. Dan apapun yang telah kita lakukan, semua pasti diawasi oleh-Nya. Tiada lekang oleh penilaian-Nya, dan semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Lalu, hal apakah yang telah kita perbuat hari ini? Apakah hal yang penuh kebermanfaatan ataukah sebaliknya? Apakah di sela waktu tersebut selalu terselip nama-Nya dalam dzikir kita? Apakah telah terbaca merdu kalam-Nya pada setiap waktu yang dianugerahkan-Nya? Apakah kita telah meninggalkan hal yang tak bermanfaat untuk setiap detiknya? Marilah kita bersama bermuhasabah. Atas setiap detik waktu yang diberi. Atas setiap degup jantung yang berdetak. Atas setiap nafas yang berhembus. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Marilah kita manfaatkan segala kesempatan yang ad...