Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

Semua Merugi

Demi masa. Ialah sumpah Allah atas waktu. Sungguh semua manusia merugi, kecuali 4 golongan, yaitu: 1) Orang-orang yang beriman 2) Orang-orang yang beramal shaleh 3) Orang-orang yang saling menasehati dalam kebenaran 4) Orang-orang yang saling menasehati dalam kesabaran Waktu ibarat pedang. Jika ia tak digunakan dengan baik, maka ia akan menebas kita. Kita semua punya waktu yang sama. Sehari 24 jam lamanya. Lalu, waktumu kamu habiskan untuk apa? Kita semua akan merugi. Orang shaleh yang masuk ke surga pun akan merugi. "Mengapa waktu aku di dunia dulu hanya berbuat baik sedikit saja? Jikalau aku berbuat baik yang lebih banyak lagi, aku bisa berada di surga yang lebih tinggi tingkatannya" Begitulah... Semua akan merugi jika tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Maka, mari kita semua berbenah.

Yang Penting Mau

Masih berkaitan dengan seminar pengabdian masyarakat. Saya juga mendapatkan ilmu berharga lagi dari pemateri ketiga. Materi kali ini tentang menulis artikel pengabdian masyarakat untuk diterbitkan di jurnal internasional. Bahasan ini sepertinya memang jarang diulas. Yang seringkali menjadi bahasan workshop ataupun seminar ialah bahasan kepenulisan artikel hasil penelitian. Ya... Sebuah penyajian materi menarik dari pemateri. Dimulai dari Q n A berkaitan dengan kepenulisan artikel ilmiah hasil pengabdian. Q n A nya begitu menarik, hingga buku catatan saya banyak yang terisi. Pertanyaan yang paling saya ingat ialah, "Apakah artikel pengabdian masyarakat bisa dipublikasikan? Bagaimanakah tipsnya?" Jawabannya "Bisa. Tips utamanya ialah mau. Ya, mau memulai. Mau mencoba. Mau belajar. Mau membaca panduan. Mau mengerjakan... Dan... Mau-mau yang lain hingga tembus jurnal terindeks😅." Simpel ya. Yang penting mau. Kalau gagal, ya coba lagi. Kalau ditolak, ya per...

Bukan Dosen Egois dan Materialistik

Beberapa hari yang lalu, saya diajak oleh salah satu dosen untuk mengikuti kegiatan seminar pengabdian masyarakat. Sebenarnya aku pun cukup berkecil hati untuk melangkahkan kaki, menuju ke ruangan yang tak begitu luas, namun berkelas. Benar saja, hampir seluruh pesertanya ialah dosen. Ada yang dari Malang, dari Semarang, bahkan Bali. Aku dan satu temanku hanyalah penyusup yang namanya diselipkan oleh dosen di artikel jurnalnya dan akhirnya diajak masuk untuk mengikuti serangkaian kegiatan itu😅. Sungguh luar biasa. Saya mendapatkan banyak pelajaran berharga. Hal yang paling saya ingat ialah antara nalar dan naluri haruslah seimbang untuk mencapai pencerahan, menjadi manusia sempurna. Bahwasanya dosen tidaklah sepatutnya hanya mengejar tuntutan penelitian dan pembelajaran di kelas, namun abai dengan kegiatan pengabdian. Kampus bukanlah tempat untuk  menumbuhkan sikap egois dan mencari pemuasan materialistik. Maka disini, perlulah para dosen menengok keadaan masyarakat di seki...

Berbeda

Tak seperti dulu lagi. Kita seperti punya jarak. Oh, bukan lagi seperti. Memang kita punya jarak. Bahkan, seperti orang yang tak saling mengenal. Aku tak tahu kabarmu. Begitupula kamu, juga tak tahu kabarku. Bahkan, kita tak pernah lagi saling sapa sejak saat itu. Aku tak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi. Hanyalah menebak-nebak isi hatimu. Dan berusaha menghapus seluruh kenangan di kala itu. Biarlah. Biarlah waktu yang menjawab. Ini memang lebih baik. Ini akan lebih menjaga hatiku, juga hatimu. Menjaga hati kita dari rasa saling berharap. Hanyalah pada Allah kita pantas menggantungkan harapan. Bukan padaku. Bukan pula padamu. Jika Allah memang mengizinkan kita bertemu, untuk saling sapa. Saling bercerita. Pasti akan ada saatnya. Kalau memang tidak. Aku pun akan baik-baik saja.

Paksa Dirimu

Kamu harus tahu, bahwa kamu sebenarnya bisa. Hanya saja, kamu seringkali beralasan yang mematahkan niatmu. Kamu seringkali berfikir bahwa kamu tidak mampu. Kamu seringkali takut gagal sebelum mencoba memulai. Atau mungkin, kamu seringkali meminta toleransi untuk menunda-nunda mengerjakan sesuatu. Hei, kamu. Jangan seperti itu. Banyak orang di luar sana yang menginginkan posisi sepertimu. Kamu jangan enak-enakan. Lihat orang tuamu yang ikhlas berlelah-lelah. Lihat orang tuamu yang ingin segera melihat anaknya memakai toga. Kamu jangan malas. Ayo, paksa dirimu. Kamu pasti bisa. Ini hanya tentang mindset negatif yang masih memenuhi otakmu. Gantilah dengan mindset positif, bahwa kamu pasti BISA. Mintalah pertolongan pada Allah. Selalu semangat untuk kamu. Teruslah berjuang hingga mencapai tujuan. Kamu adalah aku juga.

Sebelum Kita Berbicara

Sering kita mendengar sebuah kalimat, "Mulutmu Harimaumu". Rasanya memang benar. Gara-gara kesalahan kata-kata yang keluar dari mulut (lisan) kita, maka bisa-bisa membawa sebuah masalah yang lebih besar. Sering kali kita tak menyadari, kita kadang asal bicara, ceplas-ceplos, tanpa berpikir panjang, hingga tak sadar pula sudah menghibah orang lain. Berkata bohong. Bahkan, bisa jadi fitnah juga. Aduh, sereeem. Nah, ini nih, yang kadang jadinya bisa nyakitin hati orang lain tanpa kita sadari. Tahu-tahu, orang itu sikapnya berubah sama kita. Maka dari itu, sebelum kita berbicara, maka kita harus memikirkannya matang-matang. Jangan asal berbicara tanpa dasar. Jika diberi pertanyaan, jangan asal jawab tanpa berpikir panjang. Kalau ada sesuatu yang tak sesuai pemikiran, jangan asal ucap. Bisa fatal. Mari kita mulai menata setiap kata dan kalimat yang keluar dari lisan kita. Pastikan yang keluar hanya yang benar. Pastikan yang didengar orang lain hanya yang baik-baik saja. ...

Menjaga Pertemanan

Memang benar kata banyak orang, bahwa dunia saat ini banyak berubah. Perubahan tersebut disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang begitu pesat, yang kita kenal dengan "Era Industri 4.0". Perubahan dimulai dari gaya hidup, makanan, hingga lingkar pertemanan. Disini yang akan saya tulis yaitu tentang pertemanan di era ini wkwk. Banyak hal yang berubah dari lingkar pertemanan di era serba canggih ini. Dulu, sebelum ada aplikasi Instagram, WhatsApp, Facebook, Twitter, Telegram, dan kawan-kawannya, kita hanya bisa menghubungi kerabat dan kolega melalui via pesan sms atau telepon saja. Belum ada alat-alat canggih. Bahkan, saya pun punya hape Android baru di tahun 2016. Jadi hitungannya masih sekitar 3 tahun mengenal telepon pintar itu wkwk. Sekarang serba mudah. Buat grup di WA hanya dalam beberapa menit aja. Lalu mudah sekali mengirimkan informasi hanya dalam satu kali pencet. Tak seperti dulu. Harus mengirim sms satu per satu. Itupun harus ...

Ketika Kamu Malas

Kamu tahu, apa yang terjadi ketika kamu malas? Ya, ketika kamu malas. Mungkin kamu tak sadar betapa banyak waktu yang telah terbuang sia-sia, tanpa hal yang bermakna. Kamu tak sadar bahwa di luar sana banyak orang yang berlari mengejar cita-citanya. Banyak orang yang terlalu bersemangat belajar untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Banyak orang yang giat menjalin relasi baik dengan koleganya. Lalu, kamu apa kabar? Kamu hanya berdiam diri di kamar. Membuang waktu. Padahal kamu tahu, setiap detik waktu akan dimintai pertanggungjawaban. Ayo jangan malas. Apabila sudah selesai urusan yang satu, maka segera beralihlah pada urusan yang lain. Terkadang kesibukan malah membuat hidup kita semakin terjadwal. Sebaliknya, waktu longgar seringkali membuat diri kita mentoleransi rasa malas kita. Selalu mohonlah pada Allah supaya dijauhkan dari rasa malas dan dimudahkan dalam segala urusan. Semangat untuk kamu. Note: Kamu adalah aku, yang kadang juga dihinggapi rasa malas.

Ingat Kebaikannya

Pernah gak? Kesel sama seseorang, sampai-sampai pengen ngomel terus. Inisiatif buat doain yang gak baik. Pengen marah aja bawaannya kalau ketemu. Lalu, apapun yang dia lakuin salah terus menurut kita. Hayo, pernah kan?😅 Kalau udah kesel banget. Sebelnya sampai ke ubun-ubun, apa yang kamu lakukan? Apakah menuruti hawa nafsu dan godaan setan buat marah-marah? Hayoloh😅. Kalau sampai kayak gitu bahaya. Sungguh bahaya. Masalah gak akan selesai. Bisa-bisa nanti pintu rusak. Piring pecah. Rumah layaknya kapal pecah. Ih, serem amat ya 😅. Yaaa. Marah tentu bukan hal yang baik. Ingat kan hadits nabi, "Janganlah marah. Maka bagimu surga". Maka, sekesal apapun sama orang. Jangan marah, ya. Mending diam aja (ini yang sering kulakukan kalau lagi sebel sama seseorang) 😂. Pas diam itu, kita iringi sama istighfar. Terus aja istighfar. Sambil tarik nafas dalam-dalam. Keluarkan😅... Oh iya... Sama yang penting lagi yaitu mengingat-ingat kebaikan seseorang yang hendak kit...

Tentu Ada

Ketika hendak berbangga dengan harta, tentu ada yang lebih kaya dari kita. Ketika hendak berbangga dengan kecantikan, tentu ada yang lebih menawan dibanding kita. Ketika hendak berbangga dengan ilmu, tentu ada yang lebih cerdas dibanding kita. Ketika hendak berbangga dengan pencapaian, tentu ada yang lebih hebat dibandingkan kita. Lalu, kita punya apa? Sungguh, tiada yang bisa dibanggakan. Tiadalah yang bisa disombongkan. Kita tak punya apa-apa.