Langsung ke konten utama

Menjaga Pertemanan

Memang benar kata banyak orang, bahwa dunia saat ini banyak berubah. Perubahan tersebut disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang begitu pesat, yang kita kenal dengan "Era Industri 4.0". Perubahan dimulai dari gaya hidup, makanan, hingga lingkar pertemanan. Disini yang akan saya tulis yaitu tentang pertemanan di era ini wkwk.

Banyak hal yang berubah dari lingkar pertemanan di era serba canggih ini. Dulu, sebelum ada aplikasi Instagram, WhatsApp, Facebook, Twitter, Telegram, dan kawan-kawannya, kita hanya bisa menghubungi kerabat dan kolega melalui via pesan sms atau telepon saja. Belum ada alat-alat canggih. Bahkan, saya pun punya hape Android baru di tahun 2016. Jadi hitungannya masih sekitar 3 tahun mengenal telepon pintar itu wkwk.

Sekarang serba mudah. Buat grup di WA hanya dalam beberapa menit aja. Lalu mudah sekali mengirimkan informasi hanya dalam satu kali pencet. Tak seperti dulu. Harus mengirim sms satu per satu. Itupun harus bermodal pulsa, yang hitungannya lebih mahal dibandingkan harga paket data saat ini wkwk.

Karena kemudahan tersebut, tentu ada plus minusnya. Saya sendiri merasakannya. Dulu, mungkin kita hanya mengenal teman yang pernah kita temui saja di sekeliling kita. Kalau sekarang, lintas pulau, bahkan negara pun bisa saling mengenal. Dulu, pertemanan via offline terasa lebih hangat. Lebih dekat. Obrolan lebih banyak. Sekarang, kadang di aplikasi chatting rame, namun malah sebaliknya ketika bertemu akan krik-krik. Ya, begitulah.

Maka, perkembangan teknologi tidaklah salah. Kita yang harus pintar-pintar memilahnya.

Sempat, saya yang kadang suka labil ini hendak menghilang dari dunia per-IG-an pribadi dan menggantinya dengan akun bisnis. Tetapi, ternyata tidak bisa semudah itu. Saya rasa memang sekarang IG adalah dunia yang menghubungkan kita dengan yang lain. Semesta yang menuntut itu. IG membantu saya menemukan teman-teman lama. Dari sana, saya bisa mengingat-ingat kembali teman saya yang sudah lama tidak bertemu dan tetap bisa menjalin silaturahmi.

Contohnya saja, kemarin waktu kajian di Trenggalek saya bertemu teman saya SMA. Dia menyapa saya sambil tersenyum, "Ekaaaa. Lupa ya". Aku mencoba-coba mengingat seketika itu. Tetap tidak ingat. Dan baru saja ini tadi, IG membantu saya mengingat kembali nama teman saya hehe. Alhamdulillah...

Jadi, menjaga pertemanan saat ini bisa dilakukan dengan mudah, via offline dan online pun bisa. Tetaplah menggunakan akun apapun untuk menebarkan kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...

Profil Singkat Eka Imbia Agus Diartika untuk FIM 21

Kolaborasi tentunya menjadi hal mutlak agar kita dapat berkembang. Menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda (FIM) ialah mimpi saya sejak 2 tahun yang lalu, 2017. Pada tahun tersebut, saya sudah mendaftarkan diri pada FIM 19, namun sayangnya, saat itu masih terhalang jarak karena saya masih berada di Malaysia dalam program PPL Internasional. Tahun ini, saya kembali membulatkan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga FIM. Untuk menjadi bagian dari FIM, tentunya dibutuhkan persiapan yang sangat matang. Di balik kegagalan saya untuk menjadi bagian dari FIM tahun 2017, saya percaya bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk terus menggali potensi yang saya miliki dan terus memperbaiki diri, sehingga untuk FIM 21 ini saya memilih jalur Young Expert. Terlahir di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, menjadikan saya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Sejak kecil, kedua orangtua saya selalu menanamkan arti perjuangan. Ayah selalu membiasakan saya untuk bekerja ke...

KERJAKAN SESUATU YANG BERMANFAAT

Bismillah. Sahabat, marilah sejenak mengingat-ingat segala hal yang telah kita lakukan hari ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita semua tahu, waktu yang telah berlalu tak akan mungkin bisa kembali. Tak mungkin bisa berulang. Dan apapun yang telah kita lakukan, semua pasti diawasi oleh-Nya. Tiada lekang oleh penilaian-Nya, dan semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Lalu, hal apakah yang telah kita perbuat hari ini? Apakah hal yang penuh kebermanfaatan ataukah sebaliknya? Apakah di sela waktu tersebut selalu terselip nama-Nya dalam dzikir kita? Apakah telah terbaca merdu kalam-Nya pada setiap waktu yang dianugerahkan-Nya? Apakah kita telah meninggalkan hal yang tak bermanfaat untuk setiap detiknya? Marilah kita bersama bermuhasabah. Atas setiap detik waktu yang diberi. Atas setiap degup jantung yang berdetak. Atas setiap nafas yang berhembus. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Marilah kita manfaatkan segala kesempatan yang ad...