Sejak punya anak, aku merasa lebih sensitif. Apakah memang bawaan ibu-ibu seperti itu? Atau memang kondisinya yang tidak mengenakkan?
Saat lebaran, sudah menjadi kebiasaan kita keliling sanak saudara, tetangga, kolega dsb, dengan tujuan untuk saling silaturahmi dan bermaaf-maafan. Di momen itu pula, sering kali muncul pertanyaan "KAPAN?" yang tidak mengenakkan, pun terntaya muncul hal baru, yaitu "PELABELAN". Utamanya setelah punya anak ini, mereka yang jarang ketemu dengan anakku, atau bahkan baru ketemu sekali waktu lebaran langsung dengan mudahnya melabeli anakku dengan hal-hal yang cukup menyakiti hatiku.
Inilah beberapa contoh pelabelan ke anakku yang sesungguhnya membuat hatiku yang sensitif ini merasa sakit :(
"Waah, anaknya semakin gembul pipinya, bunder, tapi kok gak tinggi?"
Mereka yang ngomong gitu kan gatau berapa BB dan TB anakku, cuma lihat dari perawakan. Padahal, aku selalu mengukurnya per bulan. Dan alhamdulillah, masih masuk garis hijau, baik BB maupun TBnya. Ya emang sih kelihatan ga begitu tinggi anakku karena dia badannya agak gembul, tapi selama TB nya masih normal, emang salah ya. Ya gitulah sama orang-orang, kalau anak kurus dibilang cacingan, kok kurus banget. Kalau anak gendut dibilang kok pendek?
"Anaknya kok diam ya. Ga bisa ngomong ya. Jarang ngomong. Nggak diajari ngomong ta di rumah? Ajari lho di rumah."
Halo bu, tidak semua anak langsung bisa dekat ketika bertemu orang baru, yang hanya ketemu di beberapa momen tertentu. Yang awalnya rame, ceriwis kalau pas sama ortunya atau dengan orang terdekatnya, emang kalau pas di luar kadang juga tiba-tiba jadi pendiam. Baru ketemu sekali udah berharap langsung dekat ya? Lha itu orang dewasa aja kalau baru ketemu kan juga diam dulu belum mengeluarkan watak aslinya kan?
Orang tua mana sih yang ga ngajari anaknya ngomong. Sampai-sampai kata dan kalimat yang udah anakku ucap aja aku catat kok. Aku juga sudah membaca berapa standar kata yang harus dikenal anak laki-laki di usia sekitar 2 tahun, yang emang beda standarnya sama anak perempuan. Kalau anak laki-laki di usia 2 tahun, standarnya bisa ngomong 50 kata.
Nih aku kasih sumber rujukannya.
Berdasarkan jenis kelamin, anak perempuan lebih banyak menguasai kosakata daripada anak laki-laki. Bahkan menurut Chaer (2009:134) otak perempuan lebih kaya akan neuron dibandingkan dengan otak laki-laki, jadi semakin banyak jumlah neuron di suatu daerah semakin kuat fungsi otak di sana. Seperti contoh pada salah satu anak perempuan kosakatanya lebih banyak dibanding anak laki-laki. Didapat bahwa dalam berbahasa atau penguasaan kata anak perempuan lebih baik daripada laki-laki. Selama proses pengamatan anak perempuan lebih dominan dalam hal berbicara dan berbahasa. Saat bermain dan belajar pun anak perempuan lebih banyak berbicara dibandingkan dengan anak laki-laki. Termasuk dalam penguasaan kosakata anak perempuan lebih unggul daripada anak laki-laki.
Sebenarnya ga cuma pas momen lebaran gini sih, tapi sebelum ini juga banyak pelabelan ke anak yang itu pastinya menyakiti hati ibunya.
Kayak gini, anaknya kalau ga diajari ngomong terus nanti gabisa ngomong lho. Lupa lho sama kata-kata yang pernah diajari.
Anaknya kok penakut ya. Ga berani sama orang-orang, diajak juga ga mau.
Trus lagi, juga ada yang menyarankan nambah anak. Ini udah hampir 2 tahun, terus waktunya punya adik. Hmmm emang situ mau bantu jadi baby sitter? Gitu aja batinku
Maafkan ya aku emang curhat untuk mengeluarkan unek-unekku. Karena ini juga bikin badmood di hari lebaranku.
Pelajaran bagi kita semua, janganlah mudah melabeli orang, termasuk bayi. Di momen lebaran mending cerita yang lain aja, ga usah melabeli yang membikin orang-orang menjadi sakit hati.
Dan untuk ibu-ibu, seperti aku ini, mungkin sebisa mungkin tidak langsung mengambil hati omongan orang-orang. Mungkin maksud mereka basa-basi karena bingung mau ngomong apa, tidak bermaksud menyakiti. Semoga hati kita selalu dijaga sama Allah, dilindungi dari pikiran negatif ya. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar