Sewaktu aku masih duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas (SMA), aku terkenal di kalangan temanku sebagai seorang
yang pendiam dan pemalu. Pantas saja mereka menganggap demikian. Pasalnya,
meskipun aku termasuk bintang kelas, namun ketika aku presentasi atau bercerita
di depan kelas, hampir selalu aku kikuk, tersenyum, dan tertawa tidak
jelas. Terlihat begitu aneh ketika harus berbicara di depan umum. Begitulah,
ekspresi dari rasa tidak percaya diriku. Sungguh, aku ingin tertawa ketika
mengingat kekonyolan masa-masa itu.
Lambat laun, aku mulai berproses. Mencoba
belajar untuk menumbuhkan kepercayaan diri ketika berkomunikasi dengan orang
lain. Aku mulai memberanikan diri mengikuti lomba kepenulisan dan juga
bergabung dalam ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR). Tak disangka-sangka, puisi
pertama yang kulombakan masuk dalam kategori pemenang. Begitu pula, karya tulis
yang kususun bersama timku juga mendapatkan penghargaan setelah kami berjuang
habis-habisan untuk mempersiapkan. Kami pun diliput dan berita kemenangan kami
dipublikasi di koran Jawa Timur.
Senang bukan main. Pengalaman pertama mengikuti perlombaan yang terhitung sukses. Sejak saat itu, aku pun mulai merenung, bagaimana dengan sifat pendiam dan pemalu itu, aku tetap bisa membagikan kebaikan kepada teman, sahabat, dan khalayak. Aku pun mulai menggali kelebihan dan kekuranganku, hingga aku memutuskan bercita-cita sebagai penulis.
Senang bukan main. Pengalaman pertama mengikuti perlombaan yang terhitung sukses. Sejak saat itu, aku pun mulai merenung, bagaimana dengan sifat pendiam dan pemalu itu, aku tetap bisa membagikan kebaikan kepada teman, sahabat, dan khalayak. Aku pun mulai menggali kelebihan dan kekuranganku, hingga aku memutuskan bercita-cita sebagai penulis.
Beberapa undangan untuk mengisi sharing, baik
kepenulisan maupun motivasi mulai berdatangan, memberikan kesempatan kepadaku
untuk lebih masif dalam berbagi kebaikan.
Dalam suatu kesempatan mengisi seminar
kepenulisan, aku pernah ditanya tentang alasanku dalam menulis. Jawaban utamaku
sederhana, yaitu aku ingin berbagi dan menebar kebaikan.
Bagiku, cara menebar kebaikan setiap
orang bisa bermacam-macam. Setiap orang berhak menggali potensi dalam dirinya
untuk bisa berbagi dan menebarkan kebaikan untuk sesamanya. Bagi yang punya
harta, bisa berbuat baik melalui sedekah dan zakat, seperti di kanal dompetdhuafa.org.
Bagi yang tak punya uang untuk dibagikan,
namun punya gagasan, kita tetap bisa berbuat kebaikan, salah satunya dengan
mempersembahkan tulisan.
Menulis ialah cara lain berjariyah ilmu meski nyawa nanti telah terpisah dari raga. Andaikata tak ada penulis, maka karya-karya monumental tak akan pernah sampai kepada kita. Menulis ialah cara untuk menyampaikan gagasan tanpa harus berkoar-koar di depan mimbar.
Bagiku, menulis ialah cara berbagi
kebahagiaan. Lewat menulis, aku bisa berbagi rasa, menjiwai setiap kata yang
kutuliskan. Menulis ialah caraku untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada
orang lain.
Menulis berarti mengukir kenangan. Walau
orang-orang tak mengenal kita, setidaknya tulisan kita yang dapat dijadikan
kenangan.
Setiap
penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang abadi. Maka tulislah sesuatu yang
membahagiakan dirimu di akhirat nanti (Ali bin Abi Thalib)
Melalui tulisan yang aku rangkai, aku
belajar tentang banyak hal. Mulai dari ketekunan, kesabaran, dan keikhlasan.
Tekun dalam berlatih, sabar dalam belajar, dan ikhlas untuk menebar
kebermanfaatan. Karena menulis pula, aku termotivasi bergabung dalam komunitas
dan juga membimbing adik-adik untuk menulis. Menulis ialah cara sederhana untuk
berbagi, meski tak begitu riuh di lisan, tetapi setidaknya riuh dalam sajak
yang akan selalu terkenang.
Tulisan ini sengaja saya rangkai untuk
memotivasi diri sendiri dan juga teman-teman, yang barangkali masih
naik-turun semangatnya dalam berbagi kebaikan. Karena menulis ialah cara sederhana nan bermakna untuk menebar kebaikan terhadap sesama. Dari menulis, kurasakan
kebaikan berbagi. Ada kebahagiaan tersendiri ketika tulisan kita sebagai sumber
inspirasi.
Maka dengan cara inilah aku mengambil langkah untuk mengukir jariyah, berbagi kebahagiaan, menciptakan kenangan, dan menebar kebaikan.
Percayalah, jika kita berniat untuk kebaikan, kemudahan dari Allah akan senantiasa berdatangan.
Maka dengan cara inilah aku mengambil langkah untuk mengukir jariyah, berbagi kebahagiaan, menciptakan kenangan, dan menebar kebaikan.
Percayalah, jika kita berniat untuk kebaikan, kemudahan dari Allah akan senantiasa berdatangan.
“Tulisan
ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh
Dompet Dhuafa”
#MenebarKebaikan
#LombaBlogMenebarKebaikan
#MenebarKebaikan
#LombaBlogMenebarKebaikan
MashaAllah, menginspirasi sekali. Sangat memotivasi saya yang semangatnya dalam menulis masih hilang timbul.
BalasHapusSemangat menulis ^^
HapusmasyaaAllah mba ekaa❣️
BalasHapusHayuuk, nulis juga Dek 😊
HapusMantaap Mbak ekaa..😍
BalasHapus😚😚😚
HapusMantaaap
BalasHapusPerlu banyak belajar lagiii 😂
HapusMasyaaAllah mbak eka, semangat teruss mbak dan terimakasih sudah menginspirasi ehee
BalasHapusSemangat juga adik 😊
HapusmasyaAllah mbak eka
BalasHapusMasyaAllah, Dek Thoif 😍
HapusMbak panutan sejak maba, terus menginspirasi mbak Eka.
BalasHapusYang ini juga panutan 😎
Hapus