Langsung ke konten utama

Berbagi Kebaikan dengan Caraku (Eka Imbia Agus Diartika)

Sewaktu aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), aku terkenal di kalangan temanku sebagai seorang yang pendiam dan pemalu. Pantas saja mereka menganggap demikian. Pasalnya, meskipun aku termasuk bintang kelas, namun ketika aku presentasi atau bercerita di depan kelas, hampir selalu aku kikuk, tersenyum, dan tertawa tidak jelas. Terlihat begitu aneh ketika harus berbicara di depan umum. Begitulah, ekspresi dari rasa tidak percaya diriku. Sungguh, aku ingin tertawa ketika mengingat kekonyolan masa-masa itu.

Lambat laun, aku mulai berproses. Mencoba belajar untuk menumbuhkan kepercayaan diri ketika berkomunikasi dengan orang lain. Aku mulai memberanikan diri mengikuti lomba kepenulisan dan juga bergabung dalam ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR). Tak disangka-sangka, puisi pertama yang kulombakan masuk dalam kategori pemenang. Begitu pula, karya tulis yang kususun bersama timku juga mendapatkan penghargaan setelah kami berjuang habis-habisan untuk mempersiapkan. Kami pun diliput dan berita kemenangan kami dipublikasi di koran Jawa Timur. 



Senang bukan main. Pengalaman pertama mengikuti perlombaan yang terhitung sukses. Sejak saat itu, aku pun mulai merenung, bagaimana dengan sifat pendiam dan pemalu itu, aku tetap bisa membagikan kebaikan kepada teman, sahabat, dan khalayak. Aku pun mulai menggali kelebihan dan kekuranganku, hingga aku memutuskan bercita-cita sebagai penulis.

Untuk bisa mewujudkan mimpiku tersebut, aku mulai tekun menulis, banyak belajar dari guru pembimbingku, para senior, dan teman-temanku. Hingga tak terasa, saat ini, puluhan karya tulis telah berhasil kupersembahkan. Berbagai penghargaan pun kudapatkan. Alhamdulillah.



Beberapa undangan untuk mengisi sharing, baik kepenulisan maupun motivasi mulai berdatangan, memberikan kesempatan kepadaku untuk lebih masif dalam berbagi kebaikan.




Dalam suatu kesempatan mengisi seminar kepenulisan, aku pernah ditanya tentang alasanku dalam menulis. Jawaban utamaku sederhana, yaitu aku ingin berbagi dan menebar kebaikan.

Bagiku, cara menebar kebaikan setiap orang bisa bermacam-macam. Setiap orang berhak menggali potensi dalam dirinya untuk bisa berbagi dan menebarkan kebaikan untuk sesamanya. Bagi yang punya harta, bisa berbuat baik melalui sedekah dan zakat, seperti di kanal dompetdhuafa.org.

Bagi yang tak punya uang untuk dibagikan, namun punya gagasan, kita tetap bisa berbuat kebaikan, salah satunya dengan mempersembahkan tulisan.

Menulis ialah cara lain berjariyah ilmu meski nyawa nanti telah terpisah dari raga. Andaikata tak ada penulis, maka karya-karya monumental tak akan pernah sampai kepada kita. Menulis ialah cara untuk menyampaikan gagasan tanpa harus berkoar-koar di depan mimbar.

Bagiku, menulis ialah cara berbagi kebahagiaan. Lewat menulis, aku bisa berbagi rasa, menjiwai setiap kata yang kutuliskan. Menulis ialah caraku untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan kepada orang lain.



Menulis berarti mengukir kenangan. Walau orang-orang tak mengenal kita, setidaknya tulisan kita yang dapat dijadikan kenangan.
Setiap penulis akan mati. Hanya karyanyalah yang abadi. Maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti (Ali bin Abi Thalib)

Melalui tulisan yang aku rangkai, aku belajar tentang banyak hal. Mulai dari ketekunan, kesabaran, dan keikhlasan. Tekun dalam berlatih, sabar dalam belajar, dan ikhlas untuk menebar kebermanfaatan. Karena menulis pula, aku termotivasi bergabung dalam komunitas dan juga membimbing adik-adik untuk menulis. Menulis ialah cara sederhana untuk berbagi, meski tak begitu riuh di lisan, tetapi setidaknya riuh dalam sajak yang akan selalu terkenang.



Tulisan ini sengaja saya rangkai untuk memotivasi diri sendiri dan juga teman-teman, yang barangkali masih naik-turun semangatnya dalam berbagi kebaikan. Karena menulis ialah cara sederhana nan bermakna untuk menebar kebaikan terhadap sesama. Dari menulis, kurasakan kebaikan berbagi. Ada kebahagiaan tersendiri ketika tulisan kita sebagai sumber inspirasi.

Maka dengan cara inilah aku mengambil langkah untuk mengukir jariyah, berbagi kebahagiaan, menciptakan kenangan, dan menebar kebaikan.

Percayalah, jika kita berniat untuk kebaikan, kemudahan dari Allah akan senantiasa berdatangan.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

#MenebarKebaikan
#LombaBlogMenebarKebaikan

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...

Profil Singkat Eka Imbia Agus Diartika untuk FIM 21

Kolaborasi tentunya menjadi hal mutlak agar kita dapat berkembang. Menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda (FIM) ialah mimpi saya sejak 2 tahun yang lalu, 2017. Pada tahun tersebut, saya sudah mendaftarkan diri pada FIM 19, namun sayangnya, saat itu masih terhalang jarak karena saya masih berada di Malaysia dalam program PPL Internasional. Tahun ini, saya kembali membulatkan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga FIM. Untuk menjadi bagian dari FIM, tentunya dibutuhkan persiapan yang sangat matang. Di balik kegagalan saya untuk menjadi bagian dari FIM tahun 2017, saya percaya bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk terus menggali potensi yang saya miliki dan terus memperbaiki diri, sehingga untuk FIM 21 ini saya memilih jalur Young Expert. Terlahir di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, menjadikan saya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Sejak kecil, kedua orangtua saya selalu menanamkan arti perjuangan. Ayah selalu membiasakan saya untuk bekerja ke...

KERJAKAN SESUATU YANG BERMANFAAT

Bismillah. Sahabat, marilah sejenak mengingat-ingat segala hal yang telah kita lakukan hari ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita semua tahu, waktu yang telah berlalu tak akan mungkin bisa kembali. Tak mungkin bisa berulang. Dan apapun yang telah kita lakukan, semua pasti diawasi oleh-Nya. Tiada lekang oleh penilaian-Nya, dan semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Lalu, hal apakah yang telah kita perbuat hari ini? Apakah hal yang penuh kebermanfaatan ataukah sebaliknya? Apakah di sela waktu tersebut selalu terselip nama-Nya dalam dzikir kita? Apakah telah terbaca merdu kalam-Nya pada setiap waktu yang dianugerahkan-Nya? Apakah kita telah meninggalkan hal yang tak bermanfaat untuk setiap detiknya? Marilah kita bersama bermuhasabah. Atas setiap detik waktu yang diberi. Atas setiap degup jantung yang berdetak. Atas setiap nafas yang berhembus. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Marilah kita manfaatkan segala kesempatan yang ad...