Ketika mengaku sebagai seorang muslim, berkomitmen ialah suatu hal yang penting. Sebagai muslim, tak sekadar klaim atas identitas dan penampilan lahir, namun bagaimana bisa berkomitmen atas segala aspek yang bersangkutan, termasuk akidah, ibadah, dan akhlak. Dalam hal akidah, kita haruslah benar-benar yakin bahwa tiada Tuhan selain Allah, Dialah tempat kita menuju dan berserah, yang senantiasa harus kita ingat di setiap saat dan selalu menyadari bahwa Dia tak pernah lengah dalam memberikan pengawasan. Kita harus yakin bahwa Dia menciptakan malaikat, menurunkan kitab, mengutus Rasul, mengatur takdir, dan memberikan balasan di hari akhir. Dalam hal ibadah, kita harus berusaha untuk menghidupkan shalat, khusyuk dengan penuh penghayatan, terus merasa kurang dalam beribadah, berusaha untuk selalu qiyamul lail, membaca dan merenungkan Al-Quran, dan selalu berdoa di setiap keadaan sebagai bukti bahwa kita benar-benar membutuhkan-Nya.
Dalam hal akhlak, kita harus berusaha untuk selalu berakhlakul karimah karena akhlak ialah buah dari keimanan dan ibadah yang telah kita lakukan. Tidaklah berarti jika keimanan dan ibadah tak tercermin pada kemuliaan akhlak. Sebagai seorang muslim kita haruslah selalu bersikap wara’ terhadap syubhat, gadhul bashar, menjaga lidah dari hal yang tidak bermanfaat, memiliki sifat malu, pemaaf dan sabar, jujur, rendah hati, menjauhi prasangka dan ghibah, dermawan, dan seyogianya kita selalu berusaha menjadi teladan yang baik.
Akidah, ibadah, dan akhlak haruslah kita mulai dari diri sendiri dengan belajar dan membiasakan secara terus menerus. Setelah itu, kita harus berusaha untuk berdakwah kepada setiap orang, yaitu dimulai dari orang terdekat kita (keluarga), baik sebelum dan sesudah menikah, hingga ketika sudah memiliki anak. Kita memiliki tanggungjawab yang besar dalam mendidik anak.
Kita juga harus selalu berusaha melawan nafsu, karena nafsu cenderung mengarahkan pada keburukan. Oleh karena itu, kita harus berusaha menyelaraskan antara akal dan hati, serta selalu berusaha meminimalisir gangguan setan terhadap diri kita. Beberapa diantara buruknya akal kita yang harus dilawan ialah: 1) ambisi dan buruk sangka haruslah dihadapi dengan sikap percaya dan menerima, 2) kecintaan terhadap dunia haruslah dilawan dengan rasa takut terhadap kematian yang tiba-tiba, 3) keinginan untuk bersenang-senang dan santai haruslah kita sadari dengan mengingat tentang keburukan hisab dan hilangnya nikmat, 4) bangga diri haruslah kita lawan dengan mengingat karunia dan rasa takut pada akibatnya, 5) meremehkan orang lain harusnya kita hadapi dengan mengenali hak dan kehormatan mereka, 6) dengki harus kita lawan dengan menerima dan rela atas pemberian-Nya, 7) riya’ dan ingin dipuji haruslah kita hadapi dengan membiasakan ikhlas, dan 8) kikir harus kita hadapi dengan menyadari bahwa semua yang ada di dunia hanyalah fana.
Kita juga harus memahami tujuan hidup kita. Bahwa tujuan hidup yang terbaik ialah untuk beribadah dan menghamba kepada Allah. Kita harus menyadari bahwa kenikmatan dunia ialah sangat sedikit dibandingkan dengan akhirat. Telah diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di dekat tempat pembuangan sampah. Beliau memanggil para sahabatnya, “Kemarilah kalian, datanglah kepada dunia!”. Kemudian beliau mengambil sepotong kain yang telah lusuh dan tulang yang telah rapuh. Beliau bersabda, “Inilah dunia.”
Beberapa karakteristik manusia yang hidup untuk Islam, yaitu:
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berada di waktu pagi tanpa memerhatikan keadaan kaum muslimin, maka ia bukan dari golongan mereka”.
Sumber: Komitmen Muslim Sejati (Fathi Yakan)
Malang, 15 Maret 2020
Dalam hal akhlak, kita harus berusaha untuk selalu berakhlakul karimah karena akhlak ialah buah dari keimanan dan ibadah yang telah kita lakukan. Tidaklah berarti jika keimanan dan ibadah tak tercermin pada kemuliaan akhlak. Sebagai seorang muslim kita haruslah selalu bersikap wara’ terhadap syubhat, gadhul bashar, menjaga lidah dari hal yang tidak bermanfaat, memiliki sifat malu, pemaaf dan sabar, jujur, rendah hati, menjauhi prasangka dan ghibah, dermawan, dan seyogianya kita selalu berusaha menjadi teladan yang baik.
Akidah, ibadah, dan akhlak haruslah kita mulai dari diri sendiri dengan belajar dan membiasakan secara terus menerus. Setelah itu, kita harus berusaha untuk berdakwah kepada setiap orang, yaitu dimulai dari orang terdekat kita (keluarga), baik sebelum dan sesudah menikah, hingga ketika sudah memiliki anak. Kita memiliki tanggungjawab yang besar dalam mendidik anak.
Kita juga harus selalu berusaha melawan nafsu, karena nafsu cenderung mengarahkan pada keburukan. Oleh karena itu, kita harus berusaha menyelaraskan antara akal dan hati, serta selalu berusaha meminimalisir gangguan setan terhadap diri kita. Beberapa diantara buruknya akal kita yang harus dilawan ialah: 1) ambisi dan buruk sangka haruslah dihadapi dengan sikap percaya dan menerima, 2) kecintaan terhadap dunia haruslah dilawan dengan rasa takut terhadap kematian yang tiba-tiba, 3) keinginan untuk bersenang-senang dan santai haruslah kita sadari dengan mengingat tentang keburukan hisab dan hilangnya nikmat, 4) bangga diri haruslah kita lawan dengan mengingat karunia dan rasa takut pada akibatnya, 5) meremehkan orang lain harusnya kita hadapi dengan mengenali hak dan kehormatan mereka, 6) dengki harus kita lawan dengan menerima dan rela atas pemberian-Nya, 7) riya’ dan ingin dipuji haruslah kita hadapi dengan membiasakan ikhlas, dan 8) kikir harus kita hadapi dengan menyadari bahwa semua yang ada di dunia hanyalah fana.
Kita juga harus memahami tujuan hidup kita. Bahwa tujuan hidup yang terbaik ialah untuk beribadah dan menghamba kepada Allah. Kita harus menyadari bahwa kenikmatan dunia ialah sangat sedikit dibandingkan dengan akhirat. Telah diriwayatkan bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di dekat tempat pembuangan sampah. Beliau memanggil para sahabatnya, “Kemarilah kalian, datanglah kepada dunia!”. Kemudian beliau mengambil sepotong kain yang telah lusuh dan tulang yang telah rapuh. Beliau bersabda, “Inilah dunia.”
Beberapa karakteristik manusia yang hidup untuk Islam, yaitu:
- Teguh melaksanakan ajaran Islam karena iman bukan sekadar angan, namun diyakini dalam hati, dan dibuktikan dengan perbuatan.
- Memiliki kepedulian terhadap kemaslahatan Islam.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berada di waktu pagi tanpa memerhatikan keadaan kaum muslimin, maka ia bukan dari golongan mereka”.
- Bangga dengan kebenaran dan yakin kepada Allah.
- Senantiasa konsisten dalam memperjuangkan Islam dan tolong menolong dengan para aktivis.
Sumber: Komitmen Muslim Sejati (Fathi Yakan)
Malang, 15 Maret 2020
Komentar
Posting Komentar