22 Desember, riuh dengan peringatan hari ibu. Ucapan dan foto mesra dengan ibu banyak diposting di media sosial. Tak salah memang. Namun, sejatinya ada yang lebih penting dibandingkan ucapan dan foto mesra tersebut. Yap, kalau aku sendiri, memang bukanlah orang yang romantis wkwk. Mungkin karena memang sudah dididik seperti itu. Di keluarga kami, bahkan tak pernah diajarkan untuk merayakan ulang tahun (tapi terkadang aku masih melakukan ini ketika di luar rumah wkwk), tak pernah ada ucapan hari ibu, hari ayah, dsb. Benar-benar tidak romantis, ya haha. Jadi, malah terlihat asing ketika saya mengucapkan Selamat Hari Ibu ataupun Selamat Ulang Tahun.
Setiap keluarga memang memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda. Kalau di keluarga kami, memang terbiasa dengan mengerjakan sesuatu dengan spontanitas tanpa banyak berkata-kata wkwk. Kalau sewaktu aku dan adik di rumah, biasanya kami berbagi untuk mengerjakan tugas rumah. Kalau pas ada adik, biasanya aku yang bagian mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu. Kalau adik, biasanya yang spesialis memasak haha. Kalau ada adik, kuserahkan semua urusan memasak kepadanya. Barulah, kalau adik tidak di rumah, aku turun tangan, termasuk memasak wkwk.
Dan bagi keluarga kami, hal ini akan lebih berarti. Memudahkan urusan ibuk di rumah. Apalagi, sewaktu ibuk sakit kemarin. Harus pemulihan beberapa minggu. Jadi, aku benar-benar bisa merasakan, betapa tidak ringannya menjadi seorang ibu. Apalagi, ibu juga harus berangkat mengajar sebelum jam 7 pagi. Bahkan, kalau ada jadwal piket, ibu biasa berangkat pukul 6 pagi. MaasyaAllah, tiadalah yang lebih hebat dibanding perjuangan Ibu. Pantas saja, jika kita harus menghormatinya berlipat 3 dibandingkan ayah.
Selamat Hari Ibu. Semoga hari ibu tak hanya riuh dengan ucapan, namun marilah senantiasa kita iringi dengan meningkatkan bakti kita terhadapnya. Untuk yang masih diberi kesempatan mendampingi ibu di dunia, mari kita perbaiki hubungan kita dengannya, siap meringankan urusannya, dan menyenangkan hatinya. Untuk yang sudah berpisah dengannya, kita bisa mendoakan setulus-tulusnya, tetap melanjutkan kebaikannya, dan semoga bisa berkumpul lagi di surga-Nya.
Setiap keluarga memang memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda. Kalau di keluarga kami, memang terbiasa dengan mengerjakan sesuatu dengan spontanitas tanpa banyak berkata-kata wkwk. Kalau sewaktu aku dan adik di rumah, biasanya kami berbagi untuk mengerjakan tugas rumah. Kalau pas ada adik, biasanya aku yang bagian mencuci, mengepel, menyetrika, menyapu. Kalau adik, biasanya yang spesialis memasak haha. Kalau ada adik, kuserahkan semua urusan memasak kepadanya. Barulah, kalau adik tidak di rumah, aku turun tangan, termasuk memasak wkwk.
Dan bagi keluarga kami, hal ini akan lebih berarti. Memudahkan urusan ibuk di rumah. Apalagi, sewaktu ibuk sakit kemarin. Harus pemulihan beberapa minggu. Jadi, aku benar-benar bisa merasakan, betapa tidak ringannya menjadi seorang ibu. Apalagi, ibu juga harus berangkat mengajar sebelum jam 7 pagi. Bahkan, kalau ada jadwal piket, ibu biasa berangkat pukul 6 pagi. MaasyaAllah, tiadalah yang lebih hebat dibanding perjuangan Ibu. Pantas saja, jika kita harus menghormatinya berlipat 3 dibandingkan ayah.
Selamat Hari Ibu. Semoga hari ibu tak hanya riuh dengan ucapan, namun marilah senantiasa kita iringi dengan meningkatkan bakti kita terhadapnya. Untuk yang masih diberi kesempatan mendampingi ibu di dunia, mari kita perbaiki hubungan kita dengannya, siap meringankan urusannya, dan menyenangkan hatinya. Untuk yang sudah berpisah dengannya, kita bisa mendoakan setulus-tulusnya, tetap melanjutkan kebaikannya, dan semoga bisa berkumpul lagi di surga-Nya.
Komentar
Posting Komentar