Bismillahirrahmanirrahiim...
Kereta yang tengah kami tumpangi melaju dengan cepat,
seperti biasanya. Suhu udara di dalam gerbong kereta lama-lama semakin dingin,
tersebab AC berada tepat di atas kursi kami. Obrolan hangat tercipta di antara
kami, sebelum akhirnya kami bersandar di kursi dengan mata tertutup (niat tidur
hehe), sementara buku masih berada di dalam genggaman. Kali ini, obrolan kami
tentang hadits pembuka pada buku syarah hadits Arbain Nawawi, yang artinya
sebagai berikut.
Dari
Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Amal itu tergantung niatnya, dan
seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang
siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya,
maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan
empat imam Ahli Hadits).
Tanganku
semakin tergelitik untuk menuliskan perihal ini. Memerinci syarah hadits
tersebut dengan beberapa cerita. Buku syarah hadits Arbain Nawawi dibuka dengan
hadits yang begitu mendasar dan penting, yakni perkara niat. Niat letaknya di
dalam hati, tak mampu dibaca oleh orang lain. Mengapa niat sebegitu pentingnya?
Karena niat ialah penentu, apakah amalan kita diterima atau tidak. Meskipun kita
melakukan macam pekerjaan yang sama, namun bisa jadi hasil akhirnya akan
berbeda tersebab adanya perbedaan niat.
“Barang siapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya”,
dapat dimaknai bahwa niat yang terbaik ialah yang selalu bermuara pada Allah
dan Rasul-Nya. Misalnya, ketika kita sama-sama berhijrah (berpindah) dari
kampung halaman menuju kota untuk kuliah, namun bisa jadi ada niat yang
beraneka. Mungkin ada yang berniat supaya keren dan ngikuti trend, ada yang
berniat cari jodoh orang kota, pun ada yang berniat murni untuk belajar dan
menuntut ilmu karena Allah. Ataupun ketika pulangnya kita ke kampung halaman untuk
birrul walidain, akan berbeda dengan pulangnya hanya untuk refreshing. Karena
inilah, maka bisa jadi hasil akhirnya juga akan berbeda.
Begitupun
dengan kalimat lanjutannya “Dan barang
siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya,
maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” Perkara ini juga menjadi
suatu hal yang sangat riskan. Bagaimana tidak? Bisa jadi seseorang berhijrah (berubah
menjadi pribadi yang lebih baik), hanya untuk mendapatkan wanita shalehah yang
hendak diperistri ataupun suami sholeh yang sedang diincar untuk menjadi suami.
Maka, sungguh, hijrah yang demikian hanya akan berujung pada tujuannya.
Perkara
niat memang terlihat sepele, namun sejatinya perkara ini amat penting, bahkan
diletakkan di bagian pembuka dari hadits Arbain Nawawi. Yuk, kita sama-sama memperbaiki
niat. Jangan sampai salah niat, agar usaha kita tak sia-sia.
Allah,
bantu kami untuk memperbaiki niat kami agar selalu bermuara pada-Mu. Jangan biarkan
kami terlena akan salahnya niat kami dalam beribadah kepada-Mu dan dalam hijrah
kami. Teguhkanlah hati kami di atas cahaya iman dan islam. Bimbing kami untuk
selalu menghamba kepada-Mu dengan niat dan cara yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar