Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Ramadhan Berbagi

            Ada kenangan yang berbeda pada Bulan Ramadhan tahun ini. Ada kebahagiaan tersendiri ketika kami akhirnya bisa mewujudkan mimpi kami, yaitu mendirikan gerakan sosial di daerah asal kami, Trenggalek. Setelah sekian lama kami merantau di Malang, seolah ada panggilan hati untuk kembali ke daerah asal dan mulai membangun desa kami. Ada keinginan untuk berbagi dan mengabdi semenjak kami menghabiskan waktu sepanjang 4 tahun di kota orang lain. Alhamdulillah, akhirnya pada Bulan Ramadhan hari ke-4, tepat pada tanggal 20 Mei 2017 kami me launching gerakan sosial kami, yaitu Gerakan Donasi Sampah untuk Literasi (DSLr). Gerakan ini bermula dari kegelisahan kami akan minimnya bahan bacaan literasi di desa, khususnya di daerah Trenggalek. Apalagi, di daerah ini juga tidak ada toko buku besar yang menjual bahan bacaan terbaru, hanya sesekali ketika ada bazar buku, warga Trenggalek dapat memperoleh buku bacaan terbaru. Di sisi lain, sampah juga me...

Melepaskan Harapan

         Ada saatnya berharap. Pun ada saatnya melepaskan harapan. Ada saatnya optimis. Pun ada saatnya takzim serta tulus hati menerima segala ketetapan-Nya. Karena yang kutahu, berharap kepada manusia ialah tiada gunanya, penyebab sakit hati yang tiada tara. Maka, sudah saatnya kita melepaskan harapan kepada makhluk, dengan sepenuh keikhlasan. Lalu, merenda kembali harapan hanya kepada-Nya.             Bisa jadi kita menyukai sesuatu, padahal itu belum tentu baik bagi kita. Dan sebaliknya, bisa jadi kita membenci sesuatu, padahal itu belum tentu buruk bagi kita. Maka, kembalikan segala sesuatu hanya kepada-Nya. Menerimanya dengan segenap penerimaan yang utuh. Karena ada saatnya harus merelakan. Ada saatnya harus mengikhlaskan. Ada saatnya tetap berkhusnudzon kepada-Nya. Karena inilah tanda sempurnanya iman. Ya, kuatnya iman akan tercermin pada setiap akhlak kita, bagaimana kita merespon keadaan, dalam...

Mengapa Suka Menulis?

“Ka, sejak kapan suka menulis?”, “Mbak, gimana sih kok bisa nulis puitis seperti itu?”, “Tulisan Mbak Eka selalu memotivasi, bagaimana sih caranya?”,   pertanyaan semacam itu sering dilontarkan oleh teman-teman kuliah kepadaku. “ Dari dulu. Dari TK sudah mulai belajar menulis hehe”, jawabku sambil bercanda. Kalau ditanya secara lisan, aku hanya jawab sekenanya saja dan tidak bisa berkata-kata, maka, saat ini akan kuceritakan lebih lengkap di tulisan ini, tentang awal mula dan berbagai alasanku suka menulis hingga saat ini. Ya, meskipun tulisanku hanyalah tulisan ala kadarnya hehe. Tetapi, bagaimanapun aku lebih suka bahasa tulisan jika dibandingkan bahasa lisan. Karena bagiku, bahasa tulisan akan lebih tertata dan mengena jika dibandingkan bahasa lisan (alasanku saja sih, karena tidak terlalu mahir saat berbicara langsung hehe). Ya, teman-teman yang telah lama mengenalku, mereka pasti tahu bagaimana kekonyolan dan keanehan sikapku saat dulu. Alhamdulillah , kini perlahan mula...

Jangan Salah Niat

Bismillahirrahmanirrahiim...             Kereta yang tengah kami tumpangi melaju dengan cepat, seperti biasanya. Suhu udara di dalam gerbong kereta lama-lama semakin dingin, tersebab AC berada tepat di atas kursi kami. Obrolan hangat tercipta di antara kami, sebelum akhirnya kami bersandar di kursi dengan mata tertutup (niat tidur hehe), sementara buku masih berada di dalam genggaman. Kali ini, obrolan kami tentang hadits pembuka pada buku syarah hadits Arbain Nawawi, yang artinya sebagai berikut. Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat ...

Belajar Memantaskan Diri

Akhir-akhir ini, entah mengapa saya getol mengirimkan karya untuk diikutkan perlombaan. Kira-kira ada sekitar 8 perlombaan yang saya ikuti, namun qadarullah 7 perlombaan gagal dan hanya 1 yang berhasil. Tak baiknya, hampir keseluruhan karya yang saya kirimkan tersebut dikerjakan dalam waktu singkat. Ya, karena kebiasaan buruk saya yang suka dan keseringan mengerjakan apapun mendekati deadline. Hanya karena kebaikan Allah, satu kali saya bisa berhasil dengan hasil pekerjaan seperti itu. Saya merasakan betapa sulitnya untuk menghasilkan sebuah karya yang memukau. Saya masih sering menganggap remeh kesahalan kecil dalam penulisan, yang pada akhirnya berakibat fatal pada hasil akhir.  Hal ini menunjukkan bahwa  d alam mencapai karya tulis yang baik, tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Tentunya membutuhkan waktu yang sangat panjang. Dalam karya tulis, meskipun sebenarnya kita merasa belum maksimal dalam pengerjaannya, namun seringkali tetap berharap menang. Sudah banyak ...