Langsung ke konten utama

Perkembangan Anak Bukan untuk Dibanding-bandingkan

Salah satu yang membuat aku malas bertemu dengan orang ialah bertemu dengan mereka yang suka membanding-bandingkan perkembangan anak.

Kayak anaknya si A itu lho, anaknya gendut, anaknya pinter ngomong, suka ngoceh, anaknya cepet jalan, anaknya sudah tumbuh gigi. Soalnya anaknya si A dikasih sufor. Gak kayak anaknya si B yang lambat karena ga dikasih sufor. Terus anakmu kalau belum tumbuh gigi, kurang ngoceh, kesana lho dipijitin ke dukun bayi.

Halooo?? Emang iya gara2 sufor? Emang yang bisa mempercepat tumgi sama ngomong dukun bayi???

Sini sini. Tak jelasin dulu, Mbah (maklum biasanya mbah-mbah yang julid).

Sufor itu bukan penentu anak pinter atau gak ya. Bahkan asi adalah minuman terbaik utk bayi, tanpa tambah sufor. Yang menentukan anak cepet ngomong atau gak ya stimulasi, bukan sufor. Rasanya gemes sekali pengen marah2 kalau asi selalu dibandingkan sama sufor. 

Trs juga kalau anak terlihat gendut juga suka ditanya, anak sufor ya? Hmm. Kenapa sih, mesti dikira anak sufor, padahal anakku full asi 😶 Kenapa asi seolah dinomorduakan dari sufor. Ya kalau emang terpaksa ga bisa kasih asi ya ga masalah sufor, tp nggak usahlah julid kayak gitu. Malas banget dengernya. Jadi badmood.

Terus lagi, masalah tumgi apakah buat bandingan? Kan redflagnya masih 18 bulan. Emang semua kudu cepet-cepetan kayak lomba, ya. Dokter aja gak bilang gitu. Emang situ siapa nyuruh anak gue ke dukun? Pernah sekali ke dukun pijat anak aja nangis kejer sampe merah. Aku malah trauma 😌.

So, untuk kalian yang punya anak atau nggak. Yang mbah2 atau masih muda. Gausah lah julid dan kasih saran aneh2. Dukung aja susahnya kenapa sih? Kayak gini malah bikin syebeeeell. 

Aku yakin setiap ortu pasti ngusahain yang terbaik utk anaknya. Emang ada ortu yang mau kasih anaknya hal2 buruk? Plis, gausah julid deh. Urus urusanmu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...

Profil Singkat Eka Imbia Agus Diartika untuk FIM 21

Kolaborasi tentunya menjadi hal mutlak agar kita dapat berkembang. Menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda (FIM) ialah mimpi saya sejak 2 tahun yang lalu, 2017. Pada tahun tersebut, saya sudah mendaftarkan diri pada FIM 19, namun sayangnya, saat itu masih terhalang jarak karena saya masih berada di Malaysia dalam program PPL Internasional. Tahun ini, saya kembali membulatkan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga FIM. Untuk menjadi bagian dari FIM, tentunya dibutuhkan persiapan yang sangat matang. Di balik kegagalan saya untuk menjadi bagian dari FIM tahun 2017, saya percaya bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk terus menggali potensi yang saya miliki dan terus memperbaiki diri, sehingga untuk FIM 21 ini saya memilih jalur Young Expert. Terlahir di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, menjadikan saya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Sejak kecil, kedua orangtua saya selalu menanamkan arti perjuangan. Ayah selalu membiasakan saya untuk bekerja ke...

KERJAKAN SESUATU YANG BERMANFAAT

Bismillah. Sahabat, marilah sejenak mengingat-ingat segala hal yang telah kita lakukan hari ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita semua tahu, waktu yang telah berlalu tak akan mungkin bisa kembali. Tak mungkin bisa berulang. Dan apapun yang telah kita lakukan, semua pasti diawasi oleh-Nya. Tiada lekang oleh penilaian-Nya, dan semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Lalu, hal apakah yang telah kita perbuat hari ini? Apakah hal yang penuh kebermanfaatan ataukah sebaliknya? Apakah di sela waktu tersebut selalu terselip nama-Nya dalam dzikir kita? Apakah telah terbaca merdu kalam-Nya pada setiap waktu yang dianugerahkan-Nya? Apakah kita telah meninggalkan hal yang tak bermanfaat untuk setiap detiknya? Marilah kita bersama bermuhasabah. Atas setiap detik waktu yang diberi. Atas setiap degup jantung yang berdetak. Atas setiap nafas yang berhembus. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Marilah kita manfaatkan segala kesempatan yang ad...