Ketika kita belajar tentang enzim dalam ilmu biologi, seringkali kecocokannya diibaratkan dengan teori gembok dan kunci. Saya rasa, begitu pula hati kita. Hati kita memiliki kecenderungan terhadap sesuatu hal.
Ketika dua orang yang sama-sama ahli politik berkumpul misalnya, tak akan selalu seirama dan cocok ketika berdiskusi. Bahkan, perbedaan pandangan antara keduanya dapat berujung pada perdebatan yang berkepanjangan. Sebab, mungkin di antara keduanya ada yang merasa paling benar dan paling paham ilmunya.
Begitupula orang yang ahli agama. Meski tak banyak, bisa jadi, di antara mereka ada yang punya perspektif berbeda dalam mentafsir ayat dan hadits yang bisa menimbulkan perdebatan.
Bisa jadi pula, orang yang punya kesamaan sifat juga malah bertengkar. Ketika orang yang sama-sama cerewet, keras kepala, atau justru sama-sama pendiam berkumpul, bisa jadi masalah tak dapat terselesaikan, sebab sedikitnya rasa saling memahami satu sama lain.
Sebagai contoh, ketika ada masalah datang, orang cerewet meresponnya dengan omelan yang tak berujung. Jika mereka dipertemukan dengan orang yang cerewet pula dan sama-sama tak mau mengalah, maka yang ada hanyalah adu omelan. Masalah tak akan selesai. Begitupula ketika orang yang sama-sama keras kepala dipertemukan, mungkin kejadiannya juga akan senada dengan hal tersebut.
Berbeda cerita dengan orang pendiam. Masalah yang hadir mungkin tak segera direspon dengan ucapan. Bisa jadi mereka langsung bertindak untuk menyelesaikan masalahnya tanpa berdiskusi panjang lebar. Hal ini juga rawan akan kesalahpahaman. Temannya yang sama-sama pendiam bisa jadi merespon dengan hal berbeda dan hanya berprasangka dengan mengumpulkan fakta-fakta kejadian. Alih-alih masalah selesai, justru kesalahpahaman akan menimbulkan masalah baru.
Jika demikian, berarti orang yang punya ilmu setara dan kepribadian serupa belum tentu mampu menciptakan suasana damai dan menenangkan.
Sehingga, saya rasa, hal yang paling penting ketika dua orang bersama bukan hanya setaranya ilmu dan kesamaan sifat, namun seberapa besar mereka berusaha membangun kecocokan hati. Karena yang sama, belum tentu cocok.
Sifat saling memahami, pengertian, dan rendah hati ialah yang utama. Orang yang punya kesamaan sifat, harusnya lebih bisa memahami orang lain, karena ketika ia memahami orang lain, sama halnya memahami dirinya sendiri.
Sifat saling memahami, pengertian, dan rendah hati ialah yang utama. Orang yang punya kesamaan sifat, harusnya lebih bisa memahami orang lain, karena ketika ia memahami orang lain, sama halnya memahami dirinya sendiri.
Lalu, bagaimana dengan dua insan yang jelas punya perbedaan, terutama sifat dan kepribadiannya?
Saya rasa, hal ini juga dapat diselesaikan dengan hal serupa, yakni membangun kecocokan hati.
Meski berbeda pandangan, sifat, ataupun kebiasaan, tentunya hal ini bisa diselaraskan dengan membangun kecocokan hati. Saling memahami, saling menaruh kepercayaan, dan tak mudah menyalahkan. Saling melengkapi. Itulah kuncinya.
Meski berbeda pandangan, sifat, ataupun kebiasaan, tentunya hal ini bisa diselaraskan dengan membangun kecocokan hati. Saling memahami, saling menaruh kepercayaan, dan tak mudah menyalahkan. Saling melengkapi. Itulah kuncinya.
Komentar
Posting Komentar