Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Berbagi Kebaikan dengan Caraku (Eka Imbia Agus Diartika)

Sewaktu aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), aku terkenal di kalangan temanku sebagai seorang yang pendiam dan pemalu. Pantas saja mereka menganggap demikian. Pasalnya, meskipun aku termasuk bintang kelas, namun ketika aku presentasi atau bercerita di depan kelas, hampir selalu aku kikuk, tersenyum, dan tertawa tidak jelas. Terlihat begitu aneh ketika harus berbicara di depan umum. Begitulah, ekspresi dari rasa tidak percaya diriku. Sungguh, aku ingin tertawa ketika mengingat kekonyolan masa-masa itu. Lambat laun, aku mulai berproses. Mencoba belajar untuk menumbuhkan kepercayaan diri ketika berkomunikasi dengan orang lain. Aku mulai memberanikan diri mengikuti lomba kepenulisan dan juga bergabung dalam ekskul Karya Ilmiah Remaja (KIR). Tak disangka-sangka, puisi pertama yang kulombakan masuk dalam kategori pemenang. Begitu pula, karya tulis yang kususun bersama timku juga mendapatkan penghargaan setelah kami berjuang habis-habisan untuk mempersiapkan. Kami pun ...

Tentang Kecocokan Hati

Ketika kita belajar tentang enzim dalam ilmu biologi, seringkali kecocokannya diibaratkan dengan teori gembok dan kunci. Saya rasa, begitu pula hati kita. Hati kita memiliki kecenderungan terhadap sesuatu hal. Ketika dua orang yang sama-sama ahli politik berkumpul misalnya, tak akan selalu seirama dan cocok ketika berdiskusi. Bahkan, perbedaan pandangan antara keduanya dapat berujung pada perdebatan yang berkepanjangan. Sebab, mungkin di antara keduanya ada yang merasa paling benar dan paling paham ilmunya. Begitupula orang yang ahli agama. Meski tak banyak, bisa jadi, di antara mereka ada yang punya perspektif berbeda dalam mentafsir ayat dan hadits yang bisa menimbulkan perdebatan. Bisa jadi pula, orang yang punya kesamaan sifat juga malah bertengkar. Ketika orang yang sama-sama cerewet, keras kepala, atau justru sama-sama pendiam berkumpul, bisa jadi masalah tak dapat terselesaikan, sebab sedikitnya rasa saling memahami satu sama lain. Sebagai contoh, ketika ada mas...

Ramadhan Day 1: Menyambutnya dengan Bahagia

Tahun lalu, memasuki Maghrib Ramadhan hari pertama, aku masih berada di perjalanan bersama Mbak Diah, usai menyelenggarakan acara workshop kepenulisan untuk buku FOKAL IMM. Seingatku, kala itu, hujan deras mengguyur kami. Berbagi mantel untuk diri sendiri dan barang-barang berharga, seperti laptop. Menikmati pergantian Sya'ban-Ramadhan yang cukup berkesan. *** Ramadhan tahun ini berbeda dengan Ramadhan tahun lalu. Kali ini, saya menyambut 1 Ramadhan di rumah, bersama dengan keluarga. Momen langka bagi kami, sejak aku dan adik kuliah di Malang. Libur panjang karena pandemi ini memberikan banyak pelajaran. Bagaimanapun keadaannya, bersyukur ialah hal utama. Kami bisa lebih banyak waktu bersama keluarga. Berbagi tugas rumah, seperti memasak, mencuci, menyapu, dsb. Target-target Ramadhan pun tak lupa disiapkan pula. Sedikit terbebas dengan tugas-tugas kuliah hehe. Sungguh menyenangkan, bukan?

Perspektif Ekofeminisme dan Kelembutan Hati Kita pada Alam Semesta

“Perempuan merupakan korban dari sistem yang bertumpu pada ketimpangan dan eksploitasi,” demikian cuitan Saras Dewi, dosen filsafat Universitas Indonesia, seorang feminis, aktivis, dan seniman dalam sebuah dialog interaktif #Madgetalk di twitter pada 23 Januari 2020. Tak dapat dipungkiri, subordinasi gender memang telah dan sedang terjadi. Beragam gagasan industrialisasi, tak lain ialah bias pemikiran manusia modern, menjadikan manusia dan kemajuan teknologi sebagai pemeran utama. Di saat pembangunan mengarah pada modernitas, nyatanya perempuan masih menjadi pihak yang terabaikan. Ketidakseimbangan Alam Dominasi peradaban modern nyatanya menjadi penyebab kerusakan alam. Demi pemenuhan profit, alam harus terkuras hingga titik terdalam. Perilaku dekstruktif dan eksploitatif, tak hanya berdampak pada lingkungan, namun juga manusia, utamanya perempuan. Seringkali masalah ini dikaitkan dengan ketidakmampuan manusia mengelola alam. Semesta dikelola dengan cara maskulin dan tidak human...