Setelah 3 part tulisan yang tidak ada unsur keseriusannya, sekarang aku mau bahas yang lebih serius dikit wkwk. Serius, tapi ini tidak akan bikin pusing kok. Yay, aku ini termasuk orang yang masih awam dengan IELTS. Sebelumnya, sama sekali belum tahu IELTS itu kayak gimana. Bahkan, cenderung menghindari karena takut. Aku bayangin kalau IELTS pasti susah banget, lebih susah daripada TOEFL. Namun, sekarang aku akan belajar satu persatu, hingga 3 bulan ke depan.
Sebelumnya, sekilas aku akan membahas tentang IELTS. IELTS itu salah satu tes kemampuan Bahasa Inggris yang diadakan oleh lembaga resmi, seperti IALF. Banyak orang yang membutuhkan tes ini untuk melanjutkan kuliah atau pekerjaan di luar negeri. Mirip-mirip dengan TOEFL. Namun bedanya, kalau di TOEFL kita dites mengenai kemampuan listening, reading dan grammar aja. Soalnya pun pilihan ganda semua, jadi sengawur-ngawurnya masih bisa cap-cip-cup wkwk. Kalau di IELTS, menurutku benar-benar menguji kemampuan Bahasa Inggris kita. It means, hasil tes IELTS itu tidak bisa berbohong hehe.
Tes IELTS ada 4 part, yaitu listening, reading, writing, dan speaking. Di tes ini, listening dan reading tidak semua ada pilihan jawabannya. Lalu, di writing itu benar-benar menguji kemampuan bahasa kita, utamanya grammar. Sedangkan di speaking, itu juga nguji kelancaran kita waktu ngomong pakai Bahasa Inggris. Lebih jelasnya, bisa baca-baca di google, pasti banyak dan jauh lebih kredibel dibandingkan tulisanku ini. Tulisanku ini sengaja lebih fokus ke cerita-cerita pengalaman daripada berteori hehe.
Sebelum pembelajaran dimulai, diadakanlah placement test. Mau tahu berapa nilaiku? Jelas, jelek banget. Seingatku, skor listeningku yang paling jelek, sepertinya hanya benar sekitar 4 dari 40 soal, dapat band 2 kalau gak salah. Namun, untuk skor reading lumayan bagus, itupun hanya benar 18, alias band 5 aja wkwk. Emang sih, dari tes TOEFL dulu, nilaiku listening selalu paling jelek. Entah ada apa dengan telingaku ini haha.
Tak perlu berpanjang lebar, selanjutnya aku akan berbagi tips belajar IELTS.
Pertama, benerin niat dulu. Niat belajar IELTS itu bukan score yang utama, namun kemampuan berbahasa Inggris yang paling penting. Emang sih, kemampuan kita juga ditunjukkan oleh band score yang kita dapatkan hihi. But, fokusnya jangan ke score, sebaliknya terus belajar aja supaya kita bisa improve kemampuan bahasa kita. Ini seringkali disampaikan para tutor dan motivator kami selama les wkwk.
Kedua, harus fokus belajar. Kalau mau maksimal, belajar IELTS itu harus bener-bener fokus, alias gak bisa diganggu-ganggu dengan kegiatan lain. Jangan contoh aku, yang masih sering kali terganggu dengan kegiatan lain, termasuk bimbingan tesis, tes CPNS, acara di rumah, dsb hihi. Aku tahu, hasilnya tidak akan maksimal jika tidak fokus, tetapi keadaan memaksaku seperti itu hehe. Kalau bisa fokus, waktu-waktu senggang selama di homestay bisa digunakan untuk mengulang-ulang materi dan latihan soal lebih banyak lagi.
Ketiga, kenali jenis-jenis soalnya. As I explain before, tes IELTS ini terdiri dari 4 jenis. Well, pertama ialah listening. Tes ini menguji kemampuan telinga kita untuk mendengarkan, lalu menyimak, dan memilih jawaban yang tepat wkwk. Ada 4 sections (40 soal) untuk listening ini. Mulai dari section 1 yang paling mudah, hingga section 4 yang menurutku paling susah, diselesaikan dalam waktu sekitar 40 menit. Sekitar 30 menit untuk audio, 10 menit untuk menyalin jawaban. Di listening ini, yang paling penting yaitu memperhatikan perintah soal, karena tiap section perintahnya beda-beda. Ada yang hanya disuruh mengisi satu kata, dua kata, atau tiga kata dan angka atau juga pilihan ganda dan mengisi huruf. Pokoknya, perhatiin bener-bener di soalnya.
Lalu, ketika menjawab juga harus hati-hati, karena beberapa jawaban berupa isian, yang harus tepat tulisannya, termasuk penggunaan s/es. Bagiku, kurang/kelebihan s/es di ejaan inilah yang paling menyebalkan karena jawaban tetap dianggap salah wkwk. Intinya, di listening ini harus bener-bener pasang telinga, percaya akan kebenaran pendengaran telinga kita, dan gak usah ganti-ganti jawaban atas persepsi kita sendiri, karena biasanya malah jawaban kita menjadi salah setelah dilakukan analisis mendalam wkwk. Ini seringkali saya lakukan dan ternyata saya salah besar haha. Pokoknya percaya dengan kalimat yang terdengar, baru kalau emang gak denger banget bisa menggunakan analisis sendiri wkwk.
Selanjutnya reading. Hampir sama dengan listening, di reading ini kita dikasih soal, terus jawab sesuai perintahnya. Kita dikasih 3 passage (40 soal) dalam waktu 1 jam. Menurutku, di reading ini tidak begitu susah dibandingkan listening, mungkin karena dari dulu aku lebih suka bagian ini hehe. Namun, beberapa temanku malah tidak begitu suka reading. Tipsnya kalau di reading, yaitu fokus, termasuk fokus pada perintah soal dan bacaan. Harus ngikut perintah soal 100%. Kadang soal yes, no, not given bisa salah jawab karena jawaban kita disingkat atau menjawab dengan true atau false.
Kalau di reading, aku seringnya pahami soal, lalu pahami passage, baru mengerjakan. Namun, aku seringnya kekurangan waktu di passage 3, sebab bagian ini paling susah. Lalu, aku mencoba cara baru. Contohnya, untuk matching heading, aku mencoba untuk tidak membaca keseluruhannya, namun membaca kalimat pertama, kedua, dan terakhir. Dan ini berhasil diterapkan hehe. Untuk bagian fill the blank, langsung aja diisi dengan kata kunci di bacaan. Namun, harus tetap hati-hati dalam menjawab. Enaknya, kalau di reading ini kita bisa bolak-balik soal, bisa baca ulang bacaan, tidak seperti listening yang hanya diputar sekali saja. Jadi, disini kita bisa manganalisis jawaban kita, namun tetap perhatikan waktu, karena waktu hanya 60 menit untuk 40 soal. Sangat sebentar. Untuk tips lain, bisa dibaca di website lain, insyaAllah banyak. Kalau bisa cari website yang ngasih kunci jawaban dan pembahasannya sekalian.
Lalu, untuk writing, ada 2 jenis task, yaitu task 1 yang bertujuan membaca data dan task 2 untuk menyampaikan opini. Di task 1, kita dikasih salah satu data, antara grafik, tabel, maps, atau diagram proses. Tugas kita membaca data dan menuliskannya dengan kalimat yang koheren. Tipsnya, yaitu banyakin baca contoh sample answer dan terus latihan hehe. Kalau di task 2, tugas kita memberi opini, boleh pro, kontra, atau netral, yang penting konsisten. Terus, kalau di speaking, tipsnya dengerin dan pahamin soal baik-baik. Lalu jawab dengan kalimat terbaik. Kalau di speaking, kita tidak perlu terlalu risau dengan grammar, namun yang paling penting ialah fluency (kelancaran).
Keempat, membiasakan. Ya, membiasakan ini ialah hal paling penting. Bahasa ialah kemampuan yang tidak bisa dengan tiba-tiba datang, namun haruslah ada pembiasaan. Misalnya nih, pengalaman di listening, awalnya aku bener-bener sebel. Scoreku susah banget buat naik. Scoring di setiap Hari Sabtu biasanya hanya benar sekitar 8-15 soal wkwk, band maksimal masih 4. Sungguh masih sangat sedikit wkwk. Aku sempat terheran-heran dengan temanku, bisa-bisanya score listeningnya malah lebih tinggi dibanding reading. Skorku masih sekitar segitu di bulan terakhir, masih sekitar 5. Belum bisa improve dengan baik. Tetapi, di akhir-akhir, tutorku memberikan saran untuk mendengarkan radio UK di setiap harinya. Perlahan, aku berlatih di setiap harinya, sembari latihan soal di youtube. Alhasil, di akhir-akhir aku bisa menaikkan skor, bisa bener sekitar 23-28 hehe, pernah sampai skor 6.5. Senang sekali rasanya hehe. Begitupula di reading, writing, dan speaking. Harus banyak berlatih tiap hari untuk mencapai hasil maksimal. Jujur saja, kalau aku sejauh ini, yang masih banyak kurangnya di speaking hihi.
Kelima, mempertahankan mood baik. Meski ini merupakan hal sepele, namun ini juga sangat menentukan. Kalau aku sih, harus sarapan dulu sebelum scoring biar lebih fokus, kalau tidak sarapan dan gak fokus, skorku bisa turun drastis haha. Lalu, jangan terlalu serius. Santai aja. Kalau kita terlalu berambisi, kadang malah anjlok juga skor kita hihi.
Sekian. Tips-tips dariku, yang masih sangat newbie dalam belajar IELTS. Selamat belajar, untuk mencapai mimpi-mimpi kita. IELTS ini, ibarat gerbang yang akan membuka masa depan. Karena bagaimanapun, ketika mau kuliah di Luar Negeri, sertifikat IELTS ini menjadi syarat yang tak boleh terlupakan.
Sebelumnya, sekilas aku akan membahas tentang IELTS. IELTS itu salah satu tes kemampuan Bahasa Inggris yang diadakan oleh lembaga resmi, seperti IALF. Banyak orang yang membutuhkan tes ini untuk melanjutkan kuliah atau pekerjaan di luar negeri. Mirip-mirip dengan TOEFL. Namun bedanya, kalau di TOEFL kita dites mengenai kemampuan listening, reading dan grammar aja. Soalnya pun pilihan ganda semua, jadi sengawur-ngawurnya masih bisa cap-cip-cup wkwk. Kalau di IELTS, menurutku benar-benar menguji kemampuan Bahasa Inggris kita. It means, hasil tes IELTS itu tidak bisa berbohong hehe.
Tes IELTS ada 4 part, yaitu listening, reading, writing, dan speaking. Di tes ini, listening dan reading tidak semua ada pilihan jawabannya. Lalu, di writing itu benar-benar menguji kemampuan bahasa kita, utamanya grammar. Sedangkan di speaking, itu juga nguji kelancaran kita waktu ngomong pakai Bahasa Inggris. Lebih jelasnya, bisa baca-baca di google, pasti banyak dan jauh lebih kredibel dibandingkan tulisanku ini. Tulisanku ini sengaja lebih fokus ke cerita-cerita pengalaman daripada berteori hehe.
Sebelum pembelajaran dimulai, diadakanlah placement test. Mau tahu berapa nilaiku? Jelas, jelek banget. Seingatku, skor listeningku yang paling jelek, sepertinya hanya benar sekitar 4 dari 40 soal, dapat band 2 kalau gak salah. Namun, untuk skor reading lumayan bagus, itupun hanya benar 18, alias band 5 aja wkwk. Emang sih, dari tes TOEFL dulu, nilaiku listening selalu paling jelek. Entah ada apa dengan telingaku ini haha.
Tak perlu berpanjang lebar, selanjutnya aku akan berbagi tips belajar IELTS.
Pertama, benerin niat dulu. Niat belajar IELTS itu bukan score yang utama, namun kemampuan berbahasa Inggris yang paling penting. Emang sih, kemampuan kita juga ditunjukkan oleh band score yang kita dapatkan hihi. But, fokusnya jangan ke score, sebaliknya terus belajar aja supaya kita bisa improve kemampuan bahasa kita. Ini seringkali disampaikan para tutor dan motivator kami selama les wkwk.
Kedua, harus fokus belajar. Kalau mau maksimal, belajar IELTS itu harus bener-bener fokus, alias gak bisa diganggu-ganggu dengan kegiatan lain. Jangan contoh aku, yang masih sering kali terganggu dengan kegiatan lain, termasuk bimbingan tesis, tes CPNS, acara di rumah, dsb hihi. Aku tahu, hasilnya tidak akan maksimal jika tidak fokus, tetapi keadaan memaksaku seperti itu hehe. Kalau bisa fokus, waktu-waktu senggang selama di homestay bisa digunakan untuk mengulang-ulang materi dan latihan soal lebih banyak lagi.
Ketiga, kenali jenis-jenis soalnya. As I explain before, tes IELTS ini terdiri dari 4 jenis. Well, pertama ialah listening. Tes ini menguji kemampuan telinga kita untuk mendengarkan, lalu menyimak, dan memilih jawaban yang tepat wkwk. Ada 4 sections (40 soal) untuk listening ini. Mulai dari section 1 yang paling mudah, hingga section 4 yang menurutku paling susah, diselesaikan dalam waktu sekitar 40 menit. Sekitar 30 menit untuk audio, 10 menit untuk menyalin jawaban. Di listening ini, yang paling penting yaitu memperhatikan perintah soal, karena tiap section perintahnya beda-beda. Ada yang hanya disuruh mengisi satu kata, dua kata, atau tiga kata dan angka atau juga pilihan ganda dan mengisi huruf. Pokoknya, perhatiin bener-bener di soalnya.
Lalu, ketika menjawab juga harus hati-hati, karena beberapa jawaban berupa isian, yang harus tepat tulisannya, termasuk penggunaan s/es. Bagiku, kurang/kelebihan s/es di ejaan inilah yang paling menyebalkan karena jawaban tetap dianggap salah wkwk. Intinya, di listening ini harus bener-bener pasang telinga, percaya akan kebenaran pendengaran telinga kita, dan gak usah ganti-ganti jawaban atas persepsi kita sendiri, karena biasanya malah jawaban kita menjadi salah setelah dilakukan analisis mendalam wkwk. Ini seringkali saya lakukan dan ternyata saya salah besar haha. Pokoknya percaya dengan kalimat yang terdengar, baru kalau emang gak denger banget bisa menggunakan analisis sendiri wkwk.
Selanjutnya reading. Hampir sama dengan listening, di reading ini kita dikasih soal, terus jawab sesuai perintahnya. Kita dikasih 3 passage (40 soal) dalam waktu 1 jam. Menurutku, di reading ini tidak begitu susah dibandingkan listening, mungkin karena dari dulu aku lebih suka bagian ini hehe. Namun, beberapa temanku malah tidak begitu suka reading. Tipsnya kalau di reading, yaitu fokus, termasuk fokus pada perintah soal dan bacaan. Harus ngikut perintah soal 100%. Kadang soal yes, no, not given bisa salah jawab karena jawaban kita disingkat atau menjawab dengan true atau false.
Kalau di reading, aku seringnya pahami soal, lalu pahami passage, baru mengerjakan. Namun, aku seringnya kekurangan waktu di passage 3, sebab bagian ini paling susah. Lalu, aku mencoba cara baru. Contohnya, untuk matching heading, aku mencoba untuk tidak membaca keseluruhannya, namun membaca kalimat pertama, kedua, dan terakhir. Dan ini berhasil diterapkan hehe. Untuk bagian fill the blank, langsung aja diisi dengan kata kunci di bacaan. Namun, harus tetap hati-hati dalam menjawab. Enaknya, kalau di reading ini kita bisa bolak-balik soal, bisa baca ulang bacaan, tidak seperti listening yang hanya diputar sekali saja. Jadi, disini kita bisa manganalisis jawaban kita, namun tetap perhatikan waktu, karena waktu hanya 60 menit untuk 40 soal. Sangat sebentar. Untuk tips lain, bisa dibaca di website lain, insyaAllah banyak. Kalau bisa cari website yang ngasih kunci jawaban dan pembahasannya sekalian.
Lalu, untuk writing, ada 2 jenis task, yaitu task 1 yang bertujuan membaca data dan task 2 untuk menyampaikan opini. Di task 1, kita dikasih salah satu data, antara grafik, tabel, maps, atau diagram proses. Tugas kita membaca data dan menuliskannya dengan kalimat yang koheren. Tipsnya, yaitu banyakin baca contoh sample answer dan terus latihan hehe. Kalau di task 2, tugas kita memberi opini, boleh pro, kontra, atau netral, yang penting konsisten. Terus, kalau di speaking, tipsnya dengerin dan pahamin soal baik-baik. Lalu jawab dengan kalimat terbaik. Kalau di speaking, kita tidak perlu terlalu risau dengan grammar, namun yang paling penting ialah fluency (kelancaran).
Keempat, membiasakan. Ya, membiasakan ini ialah hal paling penting. Bahasa ialah kemampuan yang tidak bisa dengan tiba-tiba datang, namun haruslah ada pembiasaan. Misalnya nih, pengalaman di listening, awalnya aku bener-bener sebel. Scoreku susah banget buat naik. Scoring di setiap Hari Sabtu biasanya hanya benar sekitar 8-15 soal wkwk, band maksimal masih 4. Sungguh masih sangat sedikit wkwk. Aku sempat terheran-heran dengan temanku, bisa-bisanya score listeningnya malah lebih tinggi dibanding reading. Skorku masih sekitar segitu di bulan terakhir, masih sekitar 5. Belum bisa improve dengan baik. Tetapi, di akhir-akhir, tutorku memberikan saran untuk mendengarkan radio UK di setiap harinya. Perlahan, aku berlatih di setiap harinya, sembari latihan soal di youtube. Alhasil, di akhir-akhir aku bisa menaikkan skor, bisa bener sekitar 23-28 hehe, pernah sampai skor 6.5. Senang sekali rasanya hehe. Begitupula di reading, writing, dan speaking. Harus banyak berlatih tiap hari untuk mencapai hasil maksimal. Jujur saja, kalau aku sejauh ini, yang masih banyak kurangnya di speaking hihi.
Kelima, mempertahankan mood baik. Meski ini merupakan hal sepele, namun ini juga sangat menentukan. Kalau aku sih, harus sarapan dulu sebelum scoring biar lebih fokus, kalau tidak sarapan dan gak fokus, skorku bisa turun drastis haha. Lalu, jangan terlalu serius. Santai aja. Kalau kita terlalu berambisi, kadang malah anjlok juga skor kita hihi.
Sekian. Tips-tips dariku, yang masih sangat newbie dalam belajar IELTS. Selamat belajar, untuk mencapai mimpi-mimpi kita. IELTS ini, ibarat gerbang yang akan membuka masa depan. Karena bagaimanapun, ketika mau kuliah di Luar Negeri, sertifikat IELTS ini menjadi syarat yang tak boleh terlupakan.
🤗
BalasHapus