Niat telah diazzamkan, tak pantas rasanya untuk mundur perlahan. Aku pun harus tetap melangkah dan menjalani apa-apa yang sudah menjadi pilihan. Ya, meski sebenarnya hatiku masih riuh dipenuhi kebimbangan. Tapi inilah konsekuensi. Aku tahu, dengan memilih untuk melanjutkan beasiswa ini, tesisku pasti akan terganggu. Yang dulunya aku bisa hampir setiap hari mendatangi rumah pembimbing (kajian/ bimbingan), pastinya setelah mengambil les ini aku tidak akan bisa melakukan hal yang sama. Target lulus Bulan Maret, seperti halnya waktu sidang skripsi dulu, pastilah tidak bisa tercapai. Mengajar les anak-anak pun harus mencari pengganti. Mungkin bagi sebagaian orang menjalani hal seperti ini ialah mudah karena bisa fokus ke banyak hal. Namun, sepertinya hal ini tidak berlaku bagiku. Aku harus menata ulang jadwal belajarku dan harus memberikan porsi lebih untuk beasiswa ini. Baiklah, ini konsekuensi. Saya terus berusaha menimbang manfaat dan mudharatnya agar tidak mengecewakan banyak pihak.
Di hari-hari awal, terasa berat memang. Aku yang terbiasa ke kampus, tetiba harus banyak di tempat les. Namun, beruntungnya, DPP masih memperbolehkan untuk mengambil izin, termasuk bimbingan dan hal-hal penting lainnya. Sabtu-Ahad pun ternyata boleh meninggalkan homestay. Beberapa teman yang lain pun ternyata juga memiliki kasus serupa, namun mereka slow wkwk. Tidak sepertiku dan Mbak Diah, yang mempertimbangkan semuanya dari awal. Ternyata, tak begitu mencengangkan dengan apa yang kubayangkan sebelumnya. Hal di atas menjadi angin segar bagiku. Aku bisa mengambil izin beberapa saat untuk mengerjakan tesis, pekerjaan yang harus kuutamakan saat ini. Meskipun tak begitu maksimal, namun setidaknya aku masih ada waktu untuk mengingat dan membuka lembaran-lembaran proposalku hehe.
Hari demi hari kulalui. Semakin hari, rasa syukurku semakin berlipat-lipat. Setiap kali aku bercerita tentang beasiswa ini, ternyata di luar sana banyak orang yang menginginkan beasiswa seperti ini. Apalagi, di pertemuan pertama perkenalan, aku bertemu dengan orang-orang hebat. Semua tutorku luar biasa. Ada yang mendapatkan beasiswa PMSDU, beasiswa LPDP di London, hingga di Netherland. Bahkan, semua teman-temanku juga orang hebat. Diatantara 16 orang yang menjadi peserta DES, hanyalah aku dan Mbak Diah yang menjadi kader tingkat komisariat huhu. Selebihnya, sudah masuk jajaran Pimpinan Cabang (PC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM.
Sejak berada dalam lingkaran itu, bahasan kami pun juga semakin meluas. Tak hanya sekadar belajar bahasa Inggris, namun kami saling memotivasi untuk bisa kuliah di luar negeri. Maka, adakah alasan untuk tidak bersyukur? Dipertemukan dengan orang-orang hebat sebagai wasilahku untuk belajar menjadi lebih baik lagi. Aku semakin yakin bahwa pilihanku insyaAllah tepat. Karena kalau bukan saat ini aku menyediakan waktu untuk belajar Bahasa Inggris, mau kapan lagi? Semoga Allah selalu membimbingku.
Maka, akan kujalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan. Berusaha sepenuh hati untuk belajar. Ya, meskipun masih ada bayang-bayang tugas lain yang harus diselesaikan wkwk.
Di hari-hari awal, terasa berat memang. Aku yang terbiasa ke kampus, tetiba harus banyak di tempat les. Namun, beruntungnya, DPP masih memperbolehkan untuk mengambil izin, termasuk bimbingan dan hal-hal penting lainnya. Sabtu-Ahad pun ternyata boleh meninggalkan homestay. Beberapa teman yang lain pun ternyata juga memiliki kasus serupa, namun mereka slow wkwk. Tidak sepertiku dan Mbak Diah, yang mempertimbangkan semuanya dari awal. Ternyata, tak begitu mencengangkan dengan apa yang kubayangkan sebelumnya. Hal di atas menjadi angin segar bagiku. Aku bisa mengambil izin beberapa saat untuk mengerjakan tesis, pekerjaan yang harus kuutamakan saat ini. Meskipun tak begitu maksimal, namun setidaknya aku masih ada waktu untuk mengingat dan membuka lembaran-lembaran proposalku hehe.
Hari demi hari kulalui. Semakin hari, rasa syukurku semakin berlipat-lipat. Setiap kali aku bercerita tentang beasiswa ini, ternyata di luar sana banyak orang yang menginginkan beasiswa seperti ini. Apalagi, di pertemuan pertama perkenalan, aku bertemu dengan orang-orang hebat. Semua tutorku luar biasa. Ada yang mendapatkan beasiswa PMSDU, beasiswa LPDP di London, hingga di Netherland. Bahkan, semua teman-temanku juga orang hebat. Diatantara 16 orang yang menjadi peserta DES, hanyalah aku dan Mbak Diah yang menjadi kader tingkat komisariat huhu. Selebihnya, sudah masuk jajaran Pimpinan Cabang (PC) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM.
Sejak berada dalam lingkaran itu, bahasan kami pun juga semakin meluas. Tak hanya sekadar belajar bahasa Inggris, namun kami saling memotivasi untuk bisa kuliah di luar negeri. Maka, adakah alasan untuk tidak bersyukur? Dipertemukan dengan orang-orang hebat sebagai wasilahku untuk belajar menjadi lebih baik lagi. Aku semakin yakin bahwa pilihanku insyaAllah tepat. Karena kalau bukan saat ini aku menyediakan waktu untuk belajar Bahasa Inggris, mau kapan lagi? Semoga Allah selalu membimbingku.
Maka, akan kujalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan. Berusaha sepenuh hati untuk belajar. Ya, meskipun masih ada bayang-bayang tugas lain yang harus diselesaikan wkwk.
Semangat kakak ✊😂
BalasHapus