Sore itu, usai saya mengambil mangga pemberian Dek Niken, saya bergegas mengantarkan pesanan Spirulina. Di tengah perjalanan, sandalku lepas satu. Saat itu, posisinya di dekat lampu merah, sehingga saya pun memilih untuk melanjutkan perjalanan, membiarkan sandalku yang terlepas😅.
Saya langsung berpikiran untuk mengambil uang terlebih dahulu, baru membeli sandal di toko yang searah dengan perjalananku.
Dan ternyata, saya salah membawa ATM😅. ATM yang saya bawa itu, saldonya tinggal beberapa rupiah dan tidak bisa diambil lagi😅. Akhirnya, saya pun menggunakan uang seadanya yang ada di dompet, yang hanya beberapa rupiah pula. Oleh karenanya, gagallah rencanaku membeli barang-barang di Sardo.
Sepanjang perjalanan, saya pun ingin menertawakan kejadian ini😅. Saya pun seketika teringat kajian Ustad Salim A. Fillah, yang baru saya putar sebelum saya berangkat. Bahwasanya, kita harus selalu berbaik sangka terhadap keputusan Allah, maka Allah akan memberikan sesuatu yang lebih indah.
Ustad Salim memaparkan kisah seorang pemuda dan ayahnya. Suatu ketika, setelah menyisihkan hartanya, mereka akhirnya mampu membeli kuda untuk bisa digunakan berperang. Suatu ketika, kuda tersebut terlepas. Tetangganya pun berkomentar, "Uang saja pas-pasan, kenapa harus repot-repot membeli kuda. Dan sekarang malah kudanya hilang. Kasihan sekali." Namun, si ayah tetap berkhusnudzan bahwa kejadian ini memang yang terbaik.
Beberapa saat kemudian, kuda yang hilang itu kembali. Bahkan, dengan membawa teman-teman kuda yang lain. Tetangganya berkomentar lagi. "Beruntungnya pemuda dan ayahnya itu. Kudanya bertambah banyak." Kuda-kuda itu pun dirawat dengan baik dan sehat.
Suatu ketika, si pemuda bermain kuda untuk latihan perang. Qadarullah, si pemuda jatuh dari kuda. Kakinya patah. Tetangganya berkomentar lagi, "Untuk apa punya kuda banyak, namun malah kaki anaknya sakit". Si ayah pemuda tidak menanggapi berlebih, dia selalu berkhusnudzan atas pemberian Allah.
Tak lama kemudian, pasukan militer pemerintah sedang mencari anak laki-laki yang akan diikutkan dalam medan perang. Pasukan militer pemerintah mendata laki-laki yang akan diikutkan perang dengan mendatanginya satu per satu. Semua anak laki2 yang sehat wajib ikut perang. Si ayah pemuda berdoa supaya tidak ikut perang karena perang melawan orang muslim sendiri. Akhirnya, karena si pemuda sedang sakit, maka ia tidak diikutkan perang. Begitu pula ayahnya, dia juga tidak ikut perang karena harus menjaga anaknya. Tetangganya pun berkomentar lagi, "Enak sekali mereka berdua tidak ikut perang. Anak laki-laki kami gugur di medan perang.", ucap tetangganya sambil menangis. Si ayah pun tetap berkhusnudzan, "Apapun pemberian Allah, saya ridha".
Hingga suatu ketika, perang melawan orang non Islam pun akan dilaksanakan. Si pemuda sudah sembuh. Ayah dan pemuda pun kemudian mengikuti perang tersebut karena memang sudah diniatkan untuk membela agama Allah. Pada akhirnya, si ayah syahid di medan perang. Si pemuda tertawan musuh. Oleh karena si pemuda ialah pemuda yang pintar, pada akhirnya ia dibebaskan dan menjadi raja.
Demikianlah, kisah orang yang berkhusnudzon atas ketetapan-Nya, maka akan ada hadiah yang indah dari-Nya.
Kisah di atas, bisa dijadikan contoh untuk kita, bahwa kita harus khusnudzon atas ketetapan Allah, termasuk ketika sandal jatuh itu tadi😅. Karena kita tidak tahu, kejutan spesial apa yang akan diberikan Allah kepada kita. Bisa jadi, biar saya gak malu-maluin pas sudah sampai Sardo dan ternyata gak bawa uang karena salah bawa ATM wkwk. Dan juga biar saya cepat-cepat pulang, karena kala itu cuaca cukup mendung. Alhamdulillah, Allah selalu memberi cerita istimewa 😁.
Komentar
Posting Komentar