Langsung ke konten utama

Seni Menunggu Bus

Ya, kali ini aku akan bercerita tentang menunggu bus. ๐Ÿ˜… Ah gak penting banget sih ya wkwk. Tapi bagiku cukup berkesan nih. Jadi kutulis aja lah ya, barangkali ada yang bisa diambil pelajaran dari cerita ini.

Kala itu, kami berangkat bersama rombongan dari Malang menuju Trenggalek untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat, tepatnya menuju Ekowisata Mangrove. Ekowisata tersebut berseberangan dengan Pantai Pancer Cengkrong. Jadi ya lumayan sih buat refreshing, melihat hijaunya dedaunan mangrove yang menyejukkan mata, mendengar deburan ombak nan menyegarkan telinga. Namun, ada hal yang membuat iba, yakni pantainya banyak sampah huhu menyedihkan.

Singkat cerita, setelah kegiatan kami usai, kami meninggalkan area ekowisata tersebut. Kemudian, menuju agenda selanjutnya, yaitu kondangan ke teman sekelas wkwk. Kebetulan, rumahnya di pinggir jalan, jadi kami bisa menemukannya dengan mudah.

Kami segera menuju kesana, namun melewati jalan yang berbeda dengan sewaktu berangkat tadi๐Ÿ˜…. Jalan yang kita lewati saat berangkat cukup horror. Ada semacam jurang gitu. Lihat samping udah ada pantai. Jadi kami tak berkehendak melewati jalan itu lagi wkwk.

Alhamdulillah, kami pun sampai di rumah sang mempelai. Cukup shock. Ternyata acaranya sudah selesai. Dekorasi manten sudah mulai dilepas๐Ÿ˜…. Kursi sudah mulai ditumpuk wkwk. Tapi, kami akhirnya tetap masuk ๐Ÿ˜….

Tak begitu lama, kami pun pamit. Aku berpisah dari rombongan yang hendak kembali ke Malang. Aku berencana sekalian mampir rumah untuk beberapa hari๐Ÿ˜…. Jadi, aku berhenti di depan rumah temanku itu untuk menunggu bus yang lewat. Biasanya sih banyak bus yang lewat disitu karena jalan besar.

Satu bus orange lewat. Aku sudah melambai-lambai, tapi tak mau berhenti. Ya sudah, aku duduk lagi sambil berdoa semoga segera ada bus lewat lagi. Ah, apa jangan-jangan tidak melihat aku, jadi busnya gak berhenti. Tapi mana mungkin๐Ÿ˜….

Selang beberapa waktu, ada bus orange lagi lewat. Aku pun melambai-lambai lagi. Dan kurang beruntungnya, busnya gak mau berhenti lagi. Salah apa aku?๐Ÿ˜… Padahal sudah kulambai-lambai wkwk. Apa mungkin banyak dosa2ku hari itu, sampai buspun tidak mau berhenti. Aku pun berdoa sambil berucap istighfar, barangkali itu tersebab dosa mulut tangan, mata, maupun kakiku, sehingga Allah tak berkehendak untukku. Astaghfirullah.

Lagi-lagi, ada bus lewat lagi. Dan gak mau berhenti lagi huhu. Sedih. 3 bus terlewat sudah. Tak mau menumpangiku. Mungkin sekitar 30 menit lebih aku menunggu, tetapi tak kunjung mendapatkan bus.

Akhirnya, ada ibu yang keluar dari rumahnya, dan menanyakan kepadaku, "Nunggu siapa, Mbak?"
"Nunggu bus, Bu", jawabku.
"Oh, nunggu bus. Tidak disini Mbak nunggunya. Busnya ndak mau berhenti kalau disini, soalnya dekat tikungan", ungkapnya.
Hmmmm. Jadi begitu alasannya bus dari tadi tidak ada yang mau berhenti ๐Ÿ˜†. Ternyataa. wkwk.
"Mbak jalan saja beberapa meter menuju pasar. Biasanya busnya berhenti disana, Mbak."
Akhirnya, akupun berjalan ke pasar tersebut sambil sesekali menoleh ke belakang, barangkali ada bus yang lewat. Alhamdulillah, selang beberapa waktu, ada bus lewat dan aku pun bisa menumpanginya untuk menuju rumah.

Sekian ceritanya wkwk.
So, kalau kita waktu menunggu, pasti jenuh tuh ya. Jangan diam saja. Barangkali memang sengaja Allah beri waktu kita untuk menunggu, biar mulut kita dibasahi dzikir kepada-Nya, biar hati kita selalu mengingat-Nya. Sekian๐Ÿ˜Š.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...

Profil Singkat Eka Imbia Agus Diartika untuk FIM 21

Kolaborasi tentunya menjadi hal mutlak agar kita dapat berkembang. Menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda (FIM) ialah mimpi saya sejak 2 tahun yang lalu, 2017. Pada tahun tersebut, saya sudah mendaftarkan diri pada FIM 19, namun sayangnya, saat itu masih terhalang jarak karena saya masih berada di Malaysia dalam program PPL Internasional. Tahun ini, saya kembali membulatkan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga FIM. Untuk menjadi bagian dari FIM, tentunya dibutuhkan persiapan yang sangat matang. Di balik kegagalan saya untuk menjadi bagian dari FIM tahun 2017, saya percaya bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk terus menggali potensi yang saya miliki dan terus memperbaiki diri, sehingga untuk FIM 21 ini saya memilih jalur Young Expert. Terlahir di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, menjadikan saya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Sejak kecil, kedua orangtua saya selalu menanamkan arti perjuangan. Ayah selalu membiasakan saya untuk bekerja ke...

KERJAKAN SESUATU YANG BERMANFAAT

Bismillah. Sahabat, marilah sejenak mengingat-ingat segala hal yang telah kita lakukan hari ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita semua tahu, waktu yang telah berlalu tak akan mungkin bisa kembali. Tak mungkin bisa berulang. Dan apapun yang telah kita lakukan, semua pasti diawasi oleh-Nya. Tiada lekang oleh penilaian-Nya, dan semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Lalu, hal apakah yang telah kita perbuat hari ini? Apakah hal yang penuh kebermanfaatan ataukah sebaliknya? Apakah di sela waktu tersebut selalu terselip nama-Nya dalam dzikir kita? Apakah telah terbaca merdu kalam-Nya pada setiap waktu yang dianugerahkan-Nya? Apakah kita telah meninggalkan hal yang tak bermanfaat untuk setiap detiknya? Marilah kita bersama bermuhasabah. Atas setiap detik waktu yang diberi. Atas setiap degup jantung yang berdetak. Atas setiap nafas yang berhembus. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Marilah kita manfaatkan segala kesempatan yang ad...