Selamat belajar teman-teman. Hehe. Kali ini aku menyapa teman2 sekalian bukan dengan selamat pagi/ siang/ malam, namun dengan sapaan selamat belajar. Ya, karena setiap hari ialah saatnya belajar dan menemukan ilmu baru. Belajar tak harus di dalam kelas, namun juga bisa dari kejadian yang kita alami. Sebab, tak mungkin Allah yang Maha Hikmah mengizinkan sesuatu terjadi tanpa ada hikmah yang bisa kita petik.
Langsung saja, biar tak kepanjangan intronya 😅. Kali ini aku tertarik membahas tentang perbedaan, yang sesungguhnya tak perlu dibesar-besarkan, namun sudah seharusnya bisa saling memahami.
Ya, jadi gini. Awal-awal aku semacam mengalami culture shock nih, ketika aku harus mengikuti ta'lim sebelum bimbingan tesis dilaksanakan. Pasalnya, kami berbeda cara, meski satu tujuan😅 Gimana ya, menjelaskannya. Ya begitulah intinya. Aku yang masih asing dengan acara semacam yasinan, tahlilan, dibaan, bahkan membaca hadrah basaudan, tetiba harus hadir di kegiatan seperti ini. Sungguh, awalnya benar-benar mengganjal di dalam hati untuk mengikuti kegiatan semacam ini. Ya, meskipun aku bukan yang fanatik banget, tetapi seringkali hati nurani menolak dan menggerutu. 🙈
Ya, jadi gini. Awal-awal aku semacam mengalami culture shock nih, ketika aku harus mengikuti ta'lim sebelum bimbingan tesis dilaksanakan. Pasalnya, kami berbeda cara, meski satu tujuan😅 Gimana ya, menjelaskannya. Ya begitulah intinya. Aku yang masih asing dengan acara semacam yasinan, tahlilan, dibaan, bahkan membaca hadrah basaudan, tetiba harus hadir di kegiatan seperti ini. Sungguh, awalnya benar-benar mengganjal di dalam hati untuk mengikuti kegiatan semacam ini. Ya, meskipun aku bukan yang fanatik banget, tetapi seringkali hati nurani menolak dan menggerutu. 🙈
Aku pun mengikuti kegiatan tersebut, meskipun hanya dengan komat-kamit di mulut, karena sungguh hal semacam itu begitu asing bagiku 😅. Hingga suatu ketika, aku berdiskusi dengan ustad mengenai hal ini. Ini nih inti dari ucapan beliau, "Yang penting ditata niatnya dulu, kita tidak perlu menyalah-nyalahkan, mari kita buka pintu ukhuwah sebanyak-banyaknya, jangan cari musuh di akhirat nanti." Benar sekali, kita tak berhak untuk langsung menyalahkan, karena kita semua punya alasan. Karena bagaimanapun, mampukah kita menjamin bahwa yang kita lakukan sudah diterima oleh Allah? Mampukah kita menjamin kita bisa masuk surga, lalu kita bisa menjudge orang?
Ya, begitulah hidup. Meski satu tujuan, terkadang banyak cara untuk mencapainya. Alhamdulillah, sekarang perlahan bisa menerima perbedaan itu. Dan rasanya lebih tenang, ketika kita tidak terus mencari-cari perbedaan sebagai alasan untuk menyalahkan. Bahkan, aku malah khawatir. Jangan-jangan, orang yang kuanggap buruk, sejatinya malah lebih baik dariku. Jangan-jangan, aku yang begitu mudah menjatuhkan dugaan, itu karena kefakiran ilmuku.
So, kesimpulannya... Kita tak perlu menilai, biarlah Allah yang menilai. Kita hanya berhak berusaha dengan cara masing-masing, sesuai prinsip yang kita pegang. Perbedaan tak seharusnya menjadi batas pemisah, namun ialah yang menjadikan sesuatu menjadi lebih indah.
Semoga Allah selalu memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Menunjukkan jalan yang benar dan salah. Mengistiqamahkan kita pada jalan yang diridhai-Nya.
Semoga Allah selalu memberi taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Menunjukkan jalan yang benar dan salah. Mengistiqamahkan kita pada jalan yang diridhai-Nya.
Komentar
Posting Komentar