Telah banyak kisah teladan perihal bersedekah dan berbagi,
utamanya kisah di zaman nabi dan para generasi terbaik setelahnya. Kali ini,
sengaja saya memulai tulisan dengan memaparkan kisah para pendahulu kita, bukan
dengan pengalaman saya ataupun orang-orang di sekitar saya. Alasannya
disampaikan oleh hadits ini, “Sebaik-baik manusia ialah pada
generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (HR. Bukhari & Muslim).
Maka, teladan terbaik ialah kisah di zaman Nabi Muhammad, kemudian generasi
setelahnya.
Kisah
menarik datang dari seorang tabi’in, yang setiap hari pergi ke masjid di awal
waktu. Setiap ia pergi ke masjid, sakunya tak pernah kosong; selalu ada isinya.
Isi sakunya bisa bermacam-macam dan bisa bergonta-ganti di setiap harinya,
tergantung pada barang yang ia punya. Ia pernah membawa uang, roti, maupun
gandum. Bahkan suatu ketika, ia pernah membawa bawang merah di sakunya. Oleh
karenanya, ia pun ditegur oleh salah satu sahabat, “Mengapa engkau
membawa bawang merah ke masjid? Padahal bawang merah itu bisa menimbulkan bau
yang tidak sedap.” Ia pun menjawab, “Tadi saya sudah mencari barang
yang bisa saya bawa ke masjid untuk disedekahkan, namun tidak ada sama sekali
barang di rumahku, kecuali bawang merah”. Masya Allah, kisah tersebut
menggambarkan betapa mulia hatinya, betapa sangat ringan tangannya memberikan
sesuatu yang dicintai untuk disedekahkan, meskipun itu ialah barang
satu-satunya yang ia miliki.
Kisah
di atas patutlah menjadi renungan dan motivasi bagi kita untuk senantiasa
bersedekah. Lalu, bagaimana dengan kita? Kita seringkali masih
merasa kekurangan, padahal sejatinya serba kecukupan. Apakah kebiasaan
ta’biin, yaitu bersedekah setiap hari sudah mulai kita terapkan? Ya,
membiasakan diri untuk bersedekah tentunya bukanlah hal mudah, apalagi jika
kita masih merasa kurang, seperti halnya ketika masih menjadi mahasiswa seperti
sekarang ini hehe.
Membiasakan
bersedekah bagi seorang mahasiswa yang masih menunggu kiriman uang dari orang
tua dan hanya “menyambi” bekerja di sela waktu luangnya bisa
juga menjadi suatu hal yang cukup memberatkan. Mungkin akan banyak ketakutan
yang muncul ketika hendak memutuskan untuk istiqamah bersedekah setiap harinya,
seperti takut kurang uang jatah bulanan, takut tidak ada jatah untuk membeli
barang tambahan (baju dan buku, misalnya), tidak ada uang untuk
bersenang-senang (main, makan di “tempat bagus”, dsb hehe).
Ya, itupun pernah saya alami. Namun, bagaimanapun, kebiasaan baik (bersedekah),
haruslah segera kita mulai.
Apalagi
saat ini, sangat mudah rasanya jika kita hendak menyalurkan sedekah kita. Kita
bisa menyalurkan sedekah melalui lembaga yang terpercaya, yang sekarang ada
beragam jenisnya, seperti Dompet Dhuafa. Munculnya lembaga ini akan sangat
memudahkan kita untuk menyalurkan harta dan barang yang kita miliki hingga
sampai pada tangan yang tepat, yaitu orang yang benar-benar membutuhkan.
Kehadiran lembaga ini juga mampu mengurangi tingkat kecemasan kita ketika kita
bersedekah ke asal orang, ke pengemis misalnya, yang terkadang masih diragukan
kejujurannya.
Alhamdulillah,
saat ini saya mulai membiasakan untuk bersedekah setiap harinya melalui salah
satu lembaga zakat. Awal mulanya, ketika saya mengikuti kajian yang diadakan
oleh lembaga tersebut, disampaikan paparan program lembaga zakat tersebut
sekaligus penjelasan penerima manfaatnya, seperti untuk pendidikan, dakwah,
ekonomi, kesehatan, maupun sosial kemanusiaan. Pada akhirnya, saya pun tertarik
bergabung untuk program sedekah harian menggunakan kaleng. Kaleng tersebut akan
diambil setiap bulan oleh pengurus lembaga zakat tersebut.
Baru
berjalan sekitar dua bulan ini, saya mengambil kaleng untuk program sedekah
harian ini. Saya pun berkomitmen dan mengusahakan setiap hari bisa bersedekah.
Logikanya, ketika kita bersedekah uang kita akan berkurang. Namun, kenyataannya
kita malah merasa tercukupi. Ada saja, rezeki yang datang tanpa diduga.
Tiba-tiba ada yang pesan jilbab (kebetulan juga, saya jualan jilbab hehe).
Tiba-tiba ada yang memberi makanan dengan cuma-cuma (lumayan buat makan siang hehe).
Tiba-tiba ditawari untuk mengajar les privat, dsb. Rasanya, uang yang logikanya
berkurang tadi malah dilipatgandakan oleh Allah dengan kebaikan yang
berlimpah-limpah, sehingga kita merasa tercukupi, bertambah tenang, bertambah
kebahagiaan. Karena sejatinya, perasaan cukup itu bukan karena banyaknya harta
yang kita miliki, melainkan karena keberkahannya. Inilah indahnya bersedekah.
Indahnya berbagi.
Kita
harus percaya bahwa Allah akan memberi ganti yang lebih baik pada setiap apa
yang kita keluarkan untuk sedekah. Percayalah, ini janji Allah, seperti pada
ayat ini, "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik
laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka
pahala yang banyak.” (QS.
Al-Hadid: 18). Maka,
jangan takut harta kita akan berkurang karena berbagi. Jangan takut bersedekah.
Untuk waktu bersedekahnya,
saya membiasakan di pagi hari, karena di pagi hari akan ada malaikat yang
senantiasa berdoa ketika kita bersedekah. “Ketika hamba berada di setiap
pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada
yang gemar berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain
berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi
nafkah).” (HR. Bukhari & Muslim). Maka, jika kita bersedekah di pagi
hari, insyaAllah malaikat akan mendoakan kebaikan kepada kita dari pagi hari
sejak kita bersedekah, hingga tenggelam matahari.
Yuk,
kita mulai. Kalau tidak kita mulai sekarang, lalu kapan lagi? Karena bersedekah
tidak menunggu kita kaya. Sedikit-sedikit, asalkan tetap istiqamah, sebagaimana
Bunda Aisyah yang tidak malu walau hanya bersedekah dengan sebiji kurma. Karena
sejatinya, apa-apa yang kita miliki hanyalah titipan dan segalanya akan
dimintai pertanggungjawaban.
Bersedekah
dan berbagi ialah salah satu ajaran agama Islam sebagai bentuk sikap peduli
terhadap segala penderitaan, kekurangan dan keterbatasan yang dirasakan sesama.
Tentunya, hati kita ikut menderita dan merasa bersalah ketika kita dapat merasakan
kemudahan hidup, sementara di saat yang sama, kita mengetahui kondisi
orang-orang di sekitar kita yang merasakan kesulitan.
Banyak
sekali keutamaan sedekah yang disampaikan di Al-Quran dan hadits, sampai-sampai
orang yang telah meninggal pun ingin dikembalikan ke dunia untuk bersedekah,“Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda
(kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah…” (QS. Al Munafiqun: 10). Maka, tunggu
apalagi? Yuk, Kita Mulai Bersedekah!
Bagi
yang ingin bersedekah, bisa pula disalurkan melalui lembaga amil zakat Dompet
Dhuafa ini, yang berkhidmat mengangkat harkat sosial kemanusiaan
dengan mendayagunakan dana Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) serta dana
sosial lainnya baik dari individu, kelompok, maupun perusahaan. Bisa langsung
membuka link berikut.
Selamat
bersedekah dan rasakan keindahannya.
“Tulisan
ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang
diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
👍 mantap, mbak Eka mah sedekahnya endak cuma pake materi tapi juga senyumnya, perkataan baik, Ilmunya, tulisannya, dan akhlaknya.
BalasHapusTerimakasih mbak Eka...
Hmmm. Mari kita terus berlomba2 untuk kebaikan ^^
HapusTulisan mbak Eka selalu menginspirasi dan mengingatkan pembaca untuk teeus berfastabiqul khoirot. Syukron mbak :)
BalasHapusSemoga dek Nai jugaa.. hehe. 'Afwan 😊
HapusMenunggu nya berfaedah :)
BalasHapusAamiin 😄
HapusAlhmdullilah dapat ilmu dri tulisan mbak eka, semoga bisa makin semngt dlam bersedekah 💪😊
BalasHapusAlhamdulillah. Aaamin. “Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah." (HR Muslim) :)
Hapus