Langsung ke konten utama

Kamu Yakin, Sudah Siap Nikah?

Bulan Syawal, bulan halal yang identik dengan bulan pernikahan. Benar sekali, karena memang pada bulan inilah disunnahkan untuk menikah. Undangan acara nikahan pun mulai bertebaran, baik lewat media offline maupun online. Didukung pula oleh media sosial yang gencar mendeklarasikan nikmatnya nikah muda dan berbagai postingan penuh kebaperan untuk para jomblowan dan jomblowati. Apalagi ditambah dengan meluncurnya berbagai pertanyaan saat bersilaturahim dengan sanak famili dan tetangga, seperti kapan nikah, mana calonnya? Fenomena ini akhirnya berhasil membikin muda-mudi galau akan kesendiriannya dan terjadilah baper pengen nikah. Nah, masalahnya sekarang, apakah kalian yang mengaku pengen nikah, sudah siap akan pernikahan yang hendak kalian bangun? Cobalah direnungi.
Menikah? Emang menikah itu mudah? Kalian pikir setelah menikah bakal selesai urusan? Suatu ketika, saya duduk sebangku di kereta dengan seorang perempuan. Dia bercerita segelintir tentang pernikahannya. Bahwasanya, kehidupan setelah menikah akan jauh lebih berat. Bertambah keluarga. Bertambah masalah tentunya. Yang awalnya hanya memikirkan aku dan dia. Maka, setelah menikah yang dipikirkan ialah kita dan mereka (red: mertua). Kalau sudah punya momongan, tentunya juga akan memikirkan kehidupan anak nantinya. Jangan dikira, menikah akan selalu indah, layaknya cerita romance Cinderella. Jika kalian membayangkannya seperti itu, kalian salah besar. Sampai disini, yakin sudah siap nikah?
Menikah itu berat. Namun, tenang saja, dalam Islam semua ilmu dapat dipelajari. Jadi, kalau emang sudah pengen nikah, coba bertanya pada diri sendiri, sudahkah cukup bekal menuju pernikahan yang kita harapkan sehidup, semati, sesurga itu? Itu semua butuh ilmu. Jangan menikah hanya karena status. Jangan menikah hanya karena baper pengen nikah. Jangan menikah hanya ikut-ikutan dan menyiapkan senjata ketika ditanya kapan nikah. Menikahlah karena Allah, untuk menjalankan sunnah Rasulullah. Menikahlah dengan bekal ilmu agama yang mumpuni. Maka siapkanlah. Belajarlah dari sekarang.
Bagaimana dengan kitab munakahatnya, apakah sudah khatam? Sudahkah paham dengan hukum menikah, siapa mahram kita, tata cara nazhar, khitbah, mahar, visi misi pernikahan, hingga akad nikah? Lalu bagaimana dengan persiapan sebagai calon istri/ suami nanti, bagaimana dengan hak dan kewajibannya? Apakah sudah dipahami? Apa yang akan kita lakukan ketika kita punya anak nanti, sudahkah memahami parenting islami? Cukup dijawab dalam hati. Kalau memang sudah siap, segerakanlah menikah. Jika belum siap, belajarlah dulu. Karena kehidupan setelah menikah akan berlangsung sangat lama. Sayang sekali, jika kita menikah tanpa adanya dasar ilmu, yang berakibat pada runtuhnya biduk rumah tangga yang hendak kita bangun.
Disini saya tidak bermaksud memojokkan pihak manapun, hanya mencoba memandang fenomena ini dengan kacamata saya dan agama. Tulisan ini juga menjadi renungan untuk saya pribadi, sebelum akhirnya saya memutuskan untuk menikah. Yuk, bagi yang sudah pengen nikah, belajar dulu ilmu pernikahan, supaya pernikahan yang nantinya kita bangun bisa berbuah ridha-Nya dan berujung pada kenikmatan di surga. Yuk, pantaskan diri dulu. Jangan keburu pengen nikah sebelum berilmu. Tenang saja, Allah sudah menjamin jodoh kita. Kalau kata Tere Liye, ”Di belahan bumi manapun, jika kamu berjodoh, pasti akan dipertemukan”. Jika sudah waktunya dan kau sudah benar-benar siap,  Allah pasti akan mempertemukan dengan jodoh yang terbaik, yang setara agamanya, akhlaknya, dan ilmunya. Tidak usah terus-terusan memikirkan masalah jodoh. Cukup fokus perbaiki dirimu saja dan mohonlah pada Allah. Allah pasti akan mempertemukan. Percayalah.
Jadi, apakah kamu yakin sudah siap menikah? Perhatikan baik-baik. Renungi dalam-dalam. Lalu, persiapkan matang-matang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...

Profil Singkat Eka Imbia Agus Diartika untuk FIM 21

Kolaborasi tentunya menjadi hal mutlak agar kita dapat berkembang. Menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda (FIM) ialah mimpi saya sejak 2 tahun yang lalu, 2017. Pada tahun tersebut, saya sudah mendaftarkan diri pada FIM 19, namun sayangnya, saat itu masih terhalang jarak karena saya masih berada di Malaysia dalam program PPL Internasional. Tahun ini, saya kembali membulatkan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga FIM. Untuk menjadi bagian dari FIM, tentunya dibutuhkan persiapan yang sangat matang. Di balik kegagalan saya untuk menjadi bagian dari FIM tahun 2017, saya percaya bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk terus menggali potensi yang saya miliki dan terus memperbaiki diri, sehingga untuk FIM 21 ini saya memilih jalur Young Expert. Terlahir di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, menjadikan saya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Sejak kecil, kedua orangtua saya selalu menanamkan arti perjuangan. Ayah selalu membiasakan saya untuk bekerja ke...

KERJAKAN SESUATU YANG BERMANFAAT

Bismillah. Sahabat, marilah sejenak mengingat-ingat segala hal yang telah kita lakukan hari ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita semua tahu, waktu yang telah berlalu tak akan mungkin bisa kembali. Tak mungkin bisa berulang. Dan apapun yang telah kita lakukan, semua pasti diawasi oleh-Nya. Tiada lekang oleh penilaian-Nya, dan semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Lalu, hal apakah yang telah kita perbuat hari ini? Apakah hal yang penuh kebermanfaatan ataukah sebaliknya? Apakah di sela waktu tersebut selalu terselip nama-Nya dalam dzikir kita? Apakah telah terbaca merdu kalam-Nya pada setiap waktu yang dianugerahkan-Nya? Apakah kita telah meninggalkan hal yang tak bermanfaat untuk setiap detiknya? Marilah kita bersama bermuhasabah. Atas setiap detik waktu yang diberi. Atas setiap degup jantung yang berdetak. Atas setiap nafas yang berhembus. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Marilah kita manfaatkan segala kesempatan yang ad...