Ada suatu kejadian, yang membuatku
miris. Membuat diriku tak tahan lagi jika hanya diam. Membuatku merasa bersalah
jika tak mengingatkan. Suatu ketika aku mengetahui seorang lelaki yang risih
karena menyaksikan aurat seorang wanita yang tersingkap. Di saat seperti ini,
lalu siapa yang harus disalahkan? Lelaki yang “terpaksa” melihat aurat
perempuan? Ataukah perempuannya, yang “sengaja” membuka auratnya?
Astaghfirullah... Di sini aku tak
ingin menjelekkan pihak manapun. Namun, itulah fakta yang sudah tak asing lagi.
Banyak sekali di luar sana, perempuan yang masih suka membuka auratnya. Ataupun
ketika sudah menutup auratnya, namun dengan pakaian ketat, dan ada bagian yang
terlihat. Wahai ukhty, bukankah menutup aurat adalah salah satu cara menjaga
tubuhmu? Ya, ibarat sebuah permen, ia akan terjaga jika ada bungkusnya.
Maka, tutuplah auratmu. Bantu lelaki
menundukkan pandangannya. Bantu mereka meminimalisir “membayangkan” indah
tubuhmu. Sungguh, tubuh seorang perempuan akan terlihat sangat indah ketika ia
tertutup rapi oleh jilbabnya. Ia akan lebih terjaga jika tak diumbar untuk
sembarang lelaki yang bukan muhrimnya.
Ya,
menutup aurat mungkin tak bisa menunjukkan baik-buruknya akhlak kita. Namun,
dengan menutup aurat, kita telah menjalankan kewajiban kita sebagai seorang
perempuan. Bisa jadi, dimulai dengan menutup aurat saat ini, menjadi sebuah
alasan Allah mendatangkan hidayah kepada kita semua. Maka, marilah kita bersama-sama
menutup aurat dengan sempurna. Dan aku pun masih belajar untuk hal itu.
Semangat berproses memperbaiki diri
Komentar
Posting Komentar