Tak
terasa, Bulan Ramadhan akan segera berlalu. Kehadirannya tentu disambut dengan
meriah oleh sebagian besar kaum muslimin yang beriman. Tak mau kalah, anak-anak
kecil pun dengan sangat gembiranya menyambut bulan ini. Para penjual mercon pun
mendadak laris ketika bulan ini menyapa. Penjual minuman dan makanan pun
demikian. Masjid yang awalnya sepi pun juga mendadak ramai. Jamaah pun
membludak, berbondong-bondong menuju rumah Allah SWT. Pada hari-hari biasa mungkin
jamaah di masjid hanya satu atau dua shaf, namun sejak Ramadhan masjid pun penuh,
bahkan ada yang sampai di teras masjid. Masjid-masjid yang awalnya sepi menjadi
riuh dengan lantunan ayat suci Al-Quran. Inilah salah satu berkah Ramadhan. Tentunya
terdapat perbedaan yang cukup mencolok ketika datangnya Bulan Ramadhan, baik
dari segi suasanana maupun amalan yang dilakukan oleh para kaum muslimin.
Kaum
muslimin berlomba-lomba dalam beramal di bulan ini. Ada yang mengadakan buka
bersama gratis, sebar takjil, membantu masjid, sedekah di panti asuhan, dsb. Pada
siang harinya kita berusaha menahan makan dan minum, serta melawan hawa nafsu
yang membuncah. Kita juga lebih banyak melantunkan ayat-Nya, memperbanyak
sholat malam, dan iktikaf. Dengan banyaknya amalan yang kita lakukan, kita
optimis bisa mendapatkan pahala yang
banyak karena percaya janji-Nya yang akan melipat-gandakan pahala orang-orang
yang beramal di bulan ini. Kita berusaha agar bisa beribadah sebaik-baiknya
pada bulan ini. Lalu, apakah puasa kita di Bulan Ramadhan ini bisa dikatakan
berhasil? Bagaimana puasa yang berhasil itu?
Allah
SWT berfirman dalam QS. Al-Baqoroh ayat 183, yang artinya “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Dalam ayat tersebut dapat dimaknai bahwa
perintah puasa Ramadhan dikhususkan untuk orang-orang beriman. Lalu tujuannya
apa? Yaitu agar menjadi orang yang bertakwa. Disini jelas perintah Allah SWT
itu bertujuan agar meningkatkan derajat kaum muslimin dari beriman menjadi
bertakwa.
Bagaimanakah
ciri orang yang bertakwa itu? Di dalam Al-Quran banyak disebutkan ayat-ayat
mengenai takwa. Diantara ciri-ciri orang yang bertakwa disebutkan dalam
QS.Al-Baqarah ayat 177, yang artinya “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah
timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan
shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia
berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah
orang-orang yang bertakwa.”. Ya,
itulah diantara ciri-ciri orang yang bertakwa. Dan itulah hakikatnya puasa,
yaitu membentuk pribadi yang bertakwa.
Oleh
karena itu, selama Bulan Ramadhan belum berakhir, marilah kita meningkatkan
amal ibadah kita. Marilah memperbaiki amalan kita yang terkadang terselip ria,
yang terkadang didasari rasa gengsi, atau karena terpaksa. Inilah saatnya untuk
kita kembali kepada Allah SWT dan beramal karena-Nya. Kembali pada fitrah
manusia yang selalu menghamba kepada-Nya. Pada bulan ini Dia sangat bermurah
hati kepada hamba-Nya dengan mengobral rahmat dan ampunan yang luas. Sebagai
seorang muslim sudah seharusnya memanfaatkan momen Ramadhan dengan
sebaik-baiknya. Ramadhan bukanlah euforia semata, namun lebih menekankan pada
amalan di dalamnya. Marilah memohon ampunan-Nya, memperbanyak berdzikir,
berdoa, sedekah, dan tadarus Al-Quran. Amalan yang kita lakukan tersebut
semata-mata agar kita bisa mendekat lagi kepada Allah serta merasakan kasih
sayangnya kembali, yang sejatinya setiap hari menjalar di tubuh kita. Dimana
pada akhirnya agar kita menjadi insan yang bertakwa seperti yang disebutkan di
atas.
Marilah
sejenak bermuhasabah atas apa yang telah kita lakukan selama ini. Apakah kita
sudah pantas dikategorikan hamba yang bertakwa atau belum? Jika kita sudah bisa
bertindak sesuai dengan ciri-ciri orang yang bertakwa yang disebutkan di atas,
berarti kita sudah dapat dikatakan bertakwa. Jika belum, berarti kita belum bertakwa.
Kita butuh latihan lagi dan terus berusaha agar menjadi pribadi bertakwa, salah
satunya dapat dilatih lewat puasa Ramadhan. Jadi, puasa Ramadhan yang
dikategorikan berhasil yaitu ketika kita bisa menjadi orang yang bertakwa
setelah melaksanakan puasa Ramadhan tersebut, selalu takut kepada-Nya, dengan
menjalani segala perintah dan menjauhi larangannya. Sebaliknya, jika setelah
puasa kita masih sama saja dari sebelum puasa, berarti puasa kita belum
berhasil karena sejatinya Ramadhan itu hanyalah bentuk pemanasannya dan hasilnya
dapat kita petik setelah Ramadhan. Setelah Ramadhan kita diharapkan bisa
menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Sedikit
pesan dari K.H. Fahmi Basya’ yang disampaikan pada ceramahnya mengenai Tausiyah
Tahrib Ramadhan, “Bulan Ramadhan itu seperti mesin cuci. Sebenarnya hidup kita
itu hanya 11 bulan. Kesalahan kita selalu dihapus setelah melewati Ramadhan
dengan benar. Maka belajarlah menggunakan mesin cuci itu dengan benar agar
tanggal 1 Syawal itu benar-benar bersih dari noda. Barang siapa yang melewati
Ramadhan dengan benar, ia dapat kembali sebagai fitrah manusia.”
Komentar
Posting Komentar