Biarlah Dia yang Menentukan
Barisan bus di
terminal Gayatri berjajar rapi. Sesuai dengan jurusan yang hendak ditempuhnya.
Aku masih duduk di jajaran kursi yang diletakkan di tempat penungguan.
Menyaksikan lalu lalang bus dari arah masuk. Berhenti sejenak lalu satu persatu
bus mulai menyalakan mesinnya. Kemudian melaju dengan kecepatan yang tak
terlalu tinggi. Aku pun memandangi segala keriuhan di sana. Mulai dari satpam
yang meyeberangkan bus saat hendak melewati jalan raya, tukang becak dan tukang
ojek yang berlari-lari menuju bus yang baru saja datang untuk menjemput
penumpang, makelar yang mengarahkan para penumpang naik bus, para pedagang
asongan yang membawa dagangannya dan ditawarkan dari satu bus ke bus lain, para
petugas kebersihan yang menggunakan seragam, para sopir maupun kenek yang
berteriak-teriak mencari penumpang, maupun para pengamen yang naik turun
dari satu bus ke bus lain dengan
melantunkan berbagai lagu.
Aku masih terdiam.
Mencoba merenungi keadaan yang ada di hadapanku. Keadaan yang tak asing lagi
kutemui di kawasan terminal, stasiun, bandara, ataupun tempat umum lainnya. Aku
mulai bergeming. Ada rasa iba yang tiba-tiba menggelayuti hatiku. Namun, juga
terselip rasa bangga akan setiap tetes peluh yang keluar dari perjuangan
mereka. Bangga akan rasa yakin yang hadir di setiap langkah kaki mereka. Bangga
akan kesiapan mereka untuk bekerja. Tak peduli seberapa besar rasa letih yang
mendera, mereka tetap kuat. Mereka tetap berjuang untuk menjemput rezeki-Nya,
meski banyak duri yang merintanginya. Ada sorot keyakinan yang lekat di bola mereka.
Mungkin itulah yang menjadi kekuatan mereka.
Pipiku seolah merasa tertampar menyaksikan kejadian ini. Kadang,
diri ini masih ragu dalam melakukan suatu tindakan dikarenakan rasa takut akan
kegagalan. Masih enggan melakukan suatu perubahan karena takut tidak
diapresiasi. Masih tak berani mengambil keputusan karena takut disalahkan.
Masih takut berusaha karena takut tak akan ada hasil. Ketakutan yang masih
sering muncul sebelum melakukan apa-apa. Marilah kita buang rasa takut itu,
hadirkan rasa yakin di hati kita, dan bersiaplah untuk bertindak. Tugas kita
sebagai hamba hanyalah berusaha dan bertawakkal. Biarlah Dia yang menentukan.
“Dan
(Allah) memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu (QS.
At-Thalaq: 3).”
Wahai Hati
Wahai hati,
Barang kali kau harus bersabar sebentar
Kau tak perlu gusar
Karena janji-Nya selalu benar
Wahai hati,
Hadirkanlah
keyakinan
Buanglah segala
ketakutan dan keraguan
Agar kau mampu
lewati segala rintangan
Wahai hati,
Teruslah tertaut pada-Nya
Pemilik kuasa
Pengabul segala doa
Wahai hati,
Tenanglah
Yakinlah
Pertolongan-Nya
itu nyata
Komentar
Posting Komentar