Langsung ke konten utama

Pentingnya Menanamkan Pendidikan Islam pada Anak Usia Dini

Rahmatan lil alamin, itulah sebutan bagi Agama Islam. Agama terakhir yang dibawa oleh utusan-Nya, Nabi Muhammad SAW. Agama penutup dan penyempurna dari agama terdahulu. Ajarannya paling lengkap dan universal, mulai dari masalah tauhid hingga muamalah. Dari ilmu fikih, tafsir alquran dan hadis, akidah, serta akhlak. Semua ilmu Agama Islam itu wajib dipelajari dan diamalkan oleh seluruh umat manusia yang mengaku dirinya beragama Islam. Ilmu itu sangat penting sebagai pegangan hidup kita di dunia dan akhirat.
Ilmu itu harus ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Keluarga merupakan pondasi yang akan menyokong kehidupan anak-anaknya, orang pertama yang dikenal oleh sang anak. Kewajiban mereka setelah anaknya lahir adalah mendidiknya, agar bisa menjadi penerus tongkat estafet perjuangan agama dan bangsa.
Pendidikan adalah hal yang sangat signifikan bagi perkembangan jiwa dan mental anak. Sepatutnya orang tua memperhatikan pendidikan anak, agar anaknya menjadi umat terbaik, sebagaimana firman Allah yang artinya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar... ". (Surah Ali Imran :110).
            Orang tua bisa dikatakan sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan yang diberikannya kepada anak mereka. Baik-buruknya akhlak dan perilaku seorang anak tergantung pada pengajaran yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Seperti pepatah yang mengatakan “Air cucuran jatuh ke pelimbahan juga”. Pendidikan tidak hanya dimulai sejak anak lahir, saat anak masih di dalam kandungan seorang ibu pun, sebenarnya anak sudah seharusnya mendapatkan pengajaran. Sang ibu hendaklah berdoa untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan anak yang saleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orang tua dan seluruh kaum muslimin. Karena termasuk doa yang dikabulkan adalah doa orang tua untuk anaknya.
            Orang tua seharusnya juga mengajak anaknya berinteraksi dengan Alquran. Misalnya saat setelah Shalat Maghrib dan Shalat Subuh, seorang anak yang masih di dalam kandungan dibacakan lantunan ayat suci Alquran. Hal ini akan merangsang otak anak dalam mengarungi samudera keindahan maknanya. Hal ini juga akan mengenalkan anak pada kitab suci umat Islam yang menjadi pegangan bagi umat muslim berabad-abad yang lalu. Meskipun anak masih di dalam kandungan, namun bayi itu pasti akan merasa nyaman dan damai ketika lantunan ayat suci menggema di sekelilingnya, apalagi jika yang membacakannya adalah orang tuanya.
Setelah lahir ke dunia, orang tua juga harus mendidik anak-anaknya lebih intensif lagi. Usia kanak-kanak adalah usia yang paling berharga. Prof. Dr. Benyamin S. Bloom, guru besar pendidikan dari Universitas Chicago Amerika menyebutkan bahwa perkembangan intelektual otak paling pesat pada usia sekitar 0-4 tahun. Sekitar 50% kemampuan intelektual otak berkembang pada kisaran usia tersebut. Hal inilah yang seharusnya menjadi motivasi bagi orang tua untuk selalu mengenalkan anak pada hal-hal baru dan pastinya yang bermanfaat bagi anaknya. Pertama kali orang tua harus mengenalkan kepada anaknya tentang Sang Maha Pencipta. Alam ini tak akan tercipta tanpa kekuasaan dan kebesaran-Nya. Anak dikenalkan pada tumbuhan, hewan, dan alam sekitar ciptaan-Nya. Selain anak mendapatkan pengetahuan baru mengenai lingkungan sekitarnya, anak akan bisa memaknai arti penciptaan kehidupan dan mentadaburi alam raya ini. Anak juga bisa dibacakan cerita mengenai kisah para Nabi dan para sahabat-sahabat setianya yang telah rela berjuang dan bertaruh nyawa demi Agama Islam. Selain itu, anak juga harus dikenalkan pada kitab suci umat Islam, yaitu Alquran. Pegangan sejati umat Islam sepanjang zaman.
Mengenalkan anak dengan Alquran sejak dini akan mempermudah anak dalam menghafal dan memahaminya. Pertama anak harus dikenalkan pada huruf-huruf hijaiyah. Untuk pembelajaran awal, orang tua bisa membacakannya, lalu anak menirukannya. Hal ini akan merangsang kemampuan otak anak dalam mengembangkan kemampuan memikirkan dan mengolah data sekaligus kemampuan mengingatnya. Hal ini pasti akan mempermudah anak dalam menghafalkan dan mengingat huruf demi huruf, karena gurunya adalah orang yang paling dekat dengannya. Lambat laun, anak juga pasti akan segera menghafal huruf-huruf hijaiyah itu.
Setelah anak menghafal huruf-huruf hijaiyah, orang tua juga harus meningkatkan lagi tingkat pembelajaran terhadap anaknya, yaitu dengan mengenalkannya pada surat-surat pendek yang mudah dihafal oleh anak mereka, seperti Surat An-Naas, Al-Ikhlas, Al-Ashr, Al-Falaq, dan surat-surat pendek lainnya. Lebih baik lagi, setelah usia anak sekitar 4 tahun, selain anak sekolah di TK (Taman Kanak-Kanak) pada pagi hari, anak juga bisa disekolahkan di TPQ (Taman Pendidikan Alquran). Di TPQ, selain anak diajarkan membaca Alquran, anak juga dididik tentang pendidikan Agama Islam, seperti tata cara wudu dan shalat yang benar sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW.
Wudu dan shalat adalah hal yang wajib diajarkan anak sejak kecil. Meski sebenarnya shalat baru diwajibkan setelah anak berusia balig, namun jauh lebih baik jika sejak kecil anak sudah dikenalkan pada shalat. Supaya setelah anak balig nanti anak telah mengenal dan terbiasa dengan wudu dan shalat. Karena begitu memprihatinkan nasib orang-orang sekarang ini yang mengaku Islam, namun sebagian besar mereka tidak menjalankan perintah agama Islam, malah menjalankan segala sesuatu yang dilarang oleh Islam. Hal inilah yang harus diantisipasi oleh para orang tua, supaya anaknya nanti menjadi orang yang istikamah dalam menjalankan ajaran Islam dan tidak terombang-ambing dan jatuh pada lubang jahanam. Pasti semua orang tua tidak ada yang ingin anaknya masuk dunia kegelapan dan penuh dosa.
Seperti sopan santun, itulah yang harus diajarkan orang tua kepada anak-anaknya. Anak juga harus diajarkan berbuat baik kepada sesama manusia, membantu yang lemah, dan menghormati orang yang lebih tua. Akhlak mulia harus ditanamkan pada anak. Penanaman dari kecil inilah yang membuahkan hasil optimal. Siapapun orang tua akan merasa bangga jika anaknya mampu menunjukkan tingkah laku yang baik, rajin membaca Alquran, dan rajin shalat.
Masalah lain yang harus menjadi sorotan orang tua adalah menurunnya moralitas anak-anak muda para penerus bangsa. Banyak kasus-kasus yang melibatkan para remaja terkait dengan pelecehan seksual, penggunaan media komunikasi sosial yang berlebihan yang sering mampu menjerumuskan anak-anak di bawah usia. Inilah salah satu akibat dari kurangnya penanaman moral anak sesuai dengan ajaran Islam sejak dini.
Hal inilah yang menyebabkan urgennya penanaman moral kepada anak. Orang tua harus menanamkan pendidikan moral pada anak. Anak harus dikenalkan pada akhlak-akhlak mahmudah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah, sang uswatun khasanah umat Islam. Nabi SAW telah mengabarkan bahwa di antara salah satu tujuan dari diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
            Kewajiban orang tua untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad adalah dengan menanamkan ajarannya pada generasi penerusnya, yaitu kepada anak-anaknya. Sejak kecil anak sudah diajarkan mana akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, mana hal-hal yang harus dilakukan karena perintah-Nya dan apa yang harus ditinggalkan karena larangan-Nya. Sehingga setelah besar nanti anak sudah mempunyai pondasi yang kuat yang telah diperolehnya sejak kecil, dan telah tertanam jauh di dasar lubuk sanubari mereka.
            Barang siapa yang menanamkan kebaikan dalam suatu hal, niscaya dia akan memetik hasilnya, dan sebaliknya barang siapa yang menanamkan keburukan, maka dia juga akan memetik hasilnya. Jadi, agar anak menjadi anak yang terbaik dan berguna bagi nusa dan bangsa, serta agama maka didiklah anak dengan sebaik mungkin didikan, yaitu sesuai dengan ajaran Agama Islam yang telah termaktub dalam Alquran dan sabda Nabi Muhammad SAW.

DAFTAR PUSTAKA
1.      Pendidikan Anak dalam Islam, Syaikh YĆ«suf Muhammad al-Hasan.
2.      Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat, Syeikh Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin.
3.      Akhlaqul Karimah, Imam Muhammad Bin Shalih Al Utsaimin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

1.     Bagaimana cara untuk mulai menulis ? Apabila ditanya cara untuk memulai menulis, tentunya ini bukanlah hal yang terlalu teoritis. Setiap penulis punya cara tersendiri untuk memulai menulis dan mungkin cara mereka juga berbeda-beda. Ada yang memulai dengan menuliskan idenya di kertas dan membuat kerangkanya, ada yang langsung mengetik di komputer, ada yang mencari target lomba menulis terlebih dahulu, ada pula yang mempunyai banyak ide, namun susah menuliskannya sebelum berdiskusi. Nah, saya juga punya tips sendiri untuk memulai menulis. Inilah cara yang kerap kali saya terapkan ketika memulai menulis. a. Menuliskan target Menurut pengalaman saya, inilah cara yang paling ampuh untuk memulai menulis, terutama untuk penulis pemula. Dengan menuliskan target, maka secara tidak langsung akan memaksa dan membiasakan diri kita untuk menulis. Saya biasanya menulis target menulis terdekat di buku khusus untuk beberapa bulan ke depan. Apa yang saya tulis ialah da...

Profil Singkat Eka Imbia Agus Diartika untuk FIM 21

Kolaborasi tentunya menjadi hal mutlak agar kita dapat berkembang. Menjadi bagian dari Forum Indonesia Muda (FIM) ialah mimpi saya sejak 2 tahun yang lalu, 2017. Pada tahun tersebut, saya sudah mendaftarkan diri pada FIM 19, namun sayangnya, saat itu masih terhalang jarak karena saya masih berada di Malaysia dalam program PPL Internasional. Tahun ini, saya kembali membulatkan tekad untuk bisa menjadi bagian dari keluarga FIM. Untuk menjadi bagian dari FIM, tentunya dibutuhkan persiapan yang sangat matang. Di balik kegagalan saya untuk menjadi bagian dari FIM tahun 2017, saya percaya bahwa saya masih diberikan kesempatan untuk terus menggali potensi yang saya miliki dan terus memperbaiki diri, sehingga untuk FIM 21 ini saya memilih jalur Young Expert. Terlahir di sebuah kabupaten kecil di Jawa Timur, yaitu Trenggalek, menjadikan saya terbiasa hidup dalam kesederhanaan. Sejak kecil, kedua orangtua saya selalu menanamkan arti perjuangan. Ayah selalu membiasakan saya untuk bekerja ke...

KERJAKAN SESUATU YANG BERMANFAAT

Bismillah. Sahabat, marilah sejenak mengingat-ingat segala hal yang telah kita lakukan hari ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Kita semua tahu, waktu yang telah berlalu tak akan mungkin bisa kembali. Tak mungkin bisa berulang. Dan apapun yang telah kita lakukan, semua pasti diawasi oleh-Nya. Tiada lekang oleh penilaian-Nya, dan semuanya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Lalu, hal apakah yang telah kita perbuat hari ini? Apakah hal yang penuh kebermanfaatan ataukah sebaliknya? Apakah di sela waktu tersebut selalu terselip nama-Nya dalam dzikir kita? Apakah telah terbaca merdu kalam-Nya pada setiap waktu yang dianugerahkan-Nya? Apakah kita telah meninggalkan hal yang tak bermanfaat untuk setiap detiknya? Marilah kita bersama bermuhasabah. Atas setiap detik waktu yang diberi. Atas setiap degup jantung yang berdetak. Atas setiap nafas yang berhembus. Karena semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. Marilah kita manfaatkan segala kesempatan yang ad...