Langsung ke konten utama

Postingan

Mengapa Anak Perlu Belajar dari Alam Sekitar?

Ibu saya pernah bercerita, ketika masa kecil, saya bersama adik dan teman-teman sering bermain di luar dari pada di dalam rumah, seperti bermain di pasir, di sawah, di sungai, dan juga ikut berkebun. Bahkan sampai sekarang pun saya masih mengingat momen-momen itu, ketika saya pergi ke hutan sambil mencari buah ketapang, buah salam, dan daun melinjo. Saya juga masih mengingat ketika saya beramai-ramai dengan teman-teman mencari wahana berenang gratis, yaitu di sungai. Saya merasa sangat bahagia ketika banyak mengeksplorasi alam sekitar dengan sepuasnya. Sayangnya, apa yang saya alami di masa lalu mungkin tidak dialami oleh semua anak di saat ini. Anak-anak saat ini banyak yang lebih tertarik bermain gadget. Menurut BPS (2022), 33,44% anak usia dini di Indonesia menggunakan gadget, dengan rincian 25,5% anak berusia 0-4 tahun dan 52,76% anak berusia 5-6 tahun. Pada tahun 2020, American Academy of Child and Adolescent Psychiatry melaporkan bahwa anak-anak berusia 8 hingga 12 tahun di Ameri...
Postingan terbaru

Lihat dirimu

Kamu pernah salah dalam menilai seseorang Kamu terlalu senang mencari kekurangannya, lupa akan kebaikannya Ternyata, kamu baru sadar Memang kamu, dia, dan siapapun pasti ada kurangnya  Dan ternyata sama saja Kita memang diciptakan dengan paket lengkap  Ada kurang dan lebihnya Makanya, sebelum menilai orang lain, lihat ke diri kamu sendiri 

Kamu pasti pernah

Kamu pasti pernah ada di posisi yang benar-benar suntuk Ada di posisi yang benar-benar ingin marah, tapi tidak tahu ingin bercerita ke siapa-siapa Sebab semakin bercerita, semakin membuat orang lain juga ikut merasakan efek dari lukamu Lalu, kamu lebih memilih diam dan menulis saja. Tentang apapun. Setidaknya itu membuat dirimu lebih nyaman. Membuatmu lebih bisa mengontrol emosimu. Dari pada bercerita ke orang lain, lalu ditangkap dengan hal yang berbeda. Lalu, diomong-omongkan ke siapapun. Itu lebih menyakitkan. Membuat lukamu malah semakin melebar.

Jangan Berharap pada Manusia

Kamu pasti akan kecewa jika berharap pada sesuatu selain Allah Kamu sudah mengusahakan, lalu tidak diapresiasi, rasanya memang sakit Merasa tidak dihargai  Tetap ada saja yang menilai kekuranganmu Bahkan, hal-hal kecil pun bisa jadi dinilai dan jadi bahan omongan, sekalipun kamu tidak berniat melakukannya Ya begitulah hidup Makanya jangan sekali-kali berharap pada siapapun

For reminder

Kalau ada orang yang suka ngomongin tentang orang lain ke kamu, jangan ikuti alurnya. Karena di banyak kasus, orang itu juga sering ngomongin kamu dengan orang lain. 😆 Ingat ya, sebaik apapun kamu, tetap ada aja orang yang tidak suka padamu. Tetap ada aja yang mengartikan niatmu buruk. Tetap ada aja yang mengomentari perilaku kamu. Tapi ingat, kamu memang tidak sempurna. Pasti ada celah di banyak sisi. Memang tidak ada satupun manusia yang sempurna. Maka, jangan merasa kamu paling baik, paling benar segalanya. Dia yang terlihat baik, diam di depanmu, belum tentu juga kalau di belakangmu. Hati-hati saja. Yang paling mengerti kamu, ya tetap kamu sendiri dan Allah. Curhat paling baik ya ke diri kamu sendiri dan ke sang pencipta. Bukan ke pasangan, saudara, apalagi orang lain. Ada celahnya sedikit, kekuranganmu bisa-bisa jadi bahan obrolan😆

MICROBIAL FUEL CELLS (MFC) BERBASIS PELEPAH BATANG PISANG SEBAGAI SOLUSI UNTUK MEMPERBAIKI KETAHANAN ENERGI LISTRIK DI INDONESIA

ABSTRAK. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan gaya hidup, tingkat kebutuhan energi di Indonesia hampir selalu meningkat pada setiap tahunnya. Data Energy Consumption pada Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia oleh Kementerian ESDM (2016) menunjukkan adanya peningkatan konsumsi energi pada setiap tahunnya. Pada tahun 2013 jumlah final konsumsi energi sebesar 1.096.716.521 BOE dan pada tahun 2014 meningkat cukup signifikan menjadi 1.114.002.960 BOE. Hal inilah yang mendorong penulis mengajukan gagasan mengenai energi alternatif. Solusi yang ditawarkan yaitu berupa Microbial Fuel Cells (MFC) berbasis pelepah batang pisang sebagai salah satu energi listrik terbarukan. Microbial fuel cell (MFC) mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi katalitik yang menggunakan mikroorganisme. MFC berbasis pelepah batang pisang dapat dirancang melalui beberapa tahapan. Tahapan ini yang dapat menentukan keberhasilan MFC untuk menyediakan energ...