Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Mengapa Pengajar?

"Saya yakin, di akhirat nanti, ada anak-anak yang menolong gurunya ketika di dunia", ucapan itu begitu mengetuk hatiku. Disebutkan dalam hadits bahwa ada 3 hal yang tak terputus meski seseorang telah meninggal dunia, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kedua orangtuanya. Shadaqah jariyah biasanya identik dengan amalan harta. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mengalir pahalanya ketika ilmu tersebut tetap diamalkan dan diajarkan terus menerus. Menjadi seorang guru sangat berpotensi memiliki ilmu yang bermanfaat. Apabila kita mengajarkan satu huruf saja. Dan huruf itu yang mengantarkan sang murid menjadi ulama, dokter, maupun guru, maka ilmu kita akan terus menerus mengalir pahalanya. Maka, menjadi guru haruslah penuh keikhlasan, mengharap Ridha Allah semata. Jika kita tidak dibayar di dunia, insya Allah pahala dari-Nya akan semakin berlipat di akhirat nanti.

Kalah

Kamu kalah. Akankah menyerah? Mari segera siapkan langkah Tak mengapa berhenti sejenak Menyiapkan kembali energi untuk berjuang menuju puncak Sebab, kemenangan hanyalah untuk orang yang tak lelah berusaha dan berdoa Jangan menyerah Bergeraklah

Kamu Yakin?

Kamu yakin akan menyerah begitu saja? Bukan keadaan yang salah, namun mungkin kamu yang belum tepat menentukan arah. Bukan waktunya untuk mengeluh, namun cobalah mencari hikmah, teruslah belajar supaya tak salah langkah. Jangan merutuki keadaan. Jangan-jangan itu menjadikanmu semakin tidak bersyukur. Selalu ingat-ingat kebaikannya padamu, teruslah muhasabah dirimu. Jadikan ini sebagai pelecut semangatmu. Bukan orang lain yang menentukan jalan hidupmu. Akan tetapi, kamu sendiri. Allah tidak peduli kamu lahir dan dididik dari siapa, namun tetaplah baik. Tingkatkan taqwamu. Itulah penentumu di akhirat nanti. Sebab, kadar ujian sesuai dengan kadar taqwamu. Ayo, semangat. 

Penerimaan

"Penerimaan pada setiap ketetapan bukanlah hal yang mudah", begitulah yang diungkap oleh salah seorang trainer Griya Parenting Indonesia. "Namun, hal itu bisa diusahakan oleh kita. Lalu, lihatlah akselerasi-akselerasi kebaikan setelahnya", lanjutnya. Saya sepakat dengan pernyataan beliau. Menerima adalah hal yang mudah diucap, namun nyatanya susah untuk dipraktekkan. Terkadang, tangisan menetes tiap harinya. Doa dipanjatkan tak ada bosannya. Harapan masih terpatri di dalam jiwa. Semoga, setiap tangis adalah tangis penerimaan, bukan tangis rutukan pada keadaan. Semoga hati yang jernih bisa memetik pelajaran. Menjadikan diri menuju perbaikan. Semoga itu adalah ujian yang menguatkan keimanan, bukan musibah tanda kemurkaan. Semoga Allah karuniakan hati yang menerima. Sehingga, semakin bertumbuhlah kebaikan perasaan dan pikiran. Semoga.