Melibas Beragam Penyakit Era Modern dengan Puasa
Tulisan ini mendapatkan Juara 1 lomba esai
Oleh: Eka Imbia Agus Diartika
S2 Pendidikan Biologi
Penyakit Era Modern Mengecam Masyarakat
Seketika saya teringat ucapan dosen saya ketika menjelaskan materi pada perkuliahan Fisiologi Lanjut, “Orang sekarang meninggalnya keren-keren. Sebabnya macam-macam, mulai dari diabetes mellitus, hipertensi, hingga jantung koroner”.
Beragam penyakit yang dulunya identik diderita oleh masyarakat perkotaan yang berduit, sekarang juga mulai mewabah pada masyarakat pedesaan. Tak ayal, seiring dengan kemajuan tekonologi, maka gaya hidup pun juga banyak berubah. Era modern rupanya membuat tubuh malas bergerak. Masyarakat modern cenderung memanfaatkan teknologi untuk sekadar membeli makanan ataupun minuman. Masyarakat juga cenderung naik sepeda motor atau mobil hanya untuk pergi ke tempat yang tak begitu jauh. Selain menambah polusi udara yang buruk bagi sistem pernafasan, hal ini menyebabkan tubuh kurang gerak dan olahraga, sehingga sistem imunitas tubuh juga menurun.
Selain perubahan gaya hidup, pola makan masyarakat juga banyak berubah. Masyarakat di semua lapisan saat ini cenderung mengonsumsi makanan cepat saji yang mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Masyarakat juga kurang memperhatikan porsi makanan yang masuk ke dalam tubuh, seperti suka mengemil makanan berglukosa ataupun bermicin tinggi di malam hari. Menyenankan memang. Namun, efek sampingnya tentunya lebih besar jika detoksifikasi tubuh tidak kuat.
Perubahan gaya hidup dan pola makan di atas mampu memicu beragam penyakit kronis, seperti stroke, jantung, diabetes, hipertensi, dan gagal ginjal (Jawa Pos, 2017). Penyakit tersebut bahkan dikabarkan masuk ke dalam deretan penyakit yang mengancam nyawa masyarakat Indonesia. Sungguh sangat miris.
Puasa ialah Obat
Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, namun di balik itu tersimpan hikmah yang begitu luar biasa. Mekanisme puasa secara umum ialah dengan memicu respon adaptif stres seluler, sehingga meningkatkan kemampuan untuk mengatasi stres yang lebih parah, melindungi sel dari kerusakan DNA, menekan pertumbuhan sel, meningkatkan apoptosis sel yang rusak, serta memperlambat dan/mencegah pembentukan dan pertumbuhan kanker. Puasa diketahui dapat menurunkan glukosa darah, sehingga terjadi perombakan cadangan glukosa (glikogen) dalam hati. Efek lebih lanjut, sumber energi lain, yang berasal dari badan keton derivat lemak serta asam lemak juga dirombak untuk menyuplai kinerja otak dan organ lain. Perombakan tersebut mengakibatkan cadangan sumber energi tidak menumpuk di dalam tubuh, sehingga memberi efek positif yang luar biasa bagi tubuh. Akhir-akhir ini, peneliti mulai mengungkap manfaat puasa bagi kesehatan manusia, termasuk pengaruhnya terhadap otak, penuaan, kanker, neurodegeneration, dan sindrom metabolik (Longo & Mattson, 2015).
Pertama, puasa memiliki efek menajubkan untuk kesehatan otak. Berpuasa dapat meningkatkan pelepasan Brain Derivat Neutropic Factor (BNDF) atau faktor neutropik di otak. Peningkatan BNDF menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak sel, sehingga meningkatkan fungsi kognitif otak dan tolerasi stres. Efek lebih lanjut, puasa juga berpengaruh pada sistem kardiovaskular, pencernaan, dan kekebalan tubuh (Longo & Mattson, 2015).
Puasa dapat juga mencegah penuaan dini. Penuaan bisa disebabkan karena kerusakan oksidatif protein, DNA, dan lipid; peradangan; akumulasi protein dan disfungsi organel; peningkatan glukosa, insulin, dan IGF-1. Penelitian pada orang berpuasa menunjukkan terjadinya penurunaan kerusakan oksidatif, peradangan, dan massa tubuh. Efek utama puasa yang relevan dengan penuaan dan penyakit ialah perubahan kadar IGF-1, IGFBP1, glukosa, dan insulin. Penelitian menunjukkan bahwa IGF1 dapat menurun pada orang yang berpuasa, sehingga meningkatkan gen anti stres yang mencegah proses penuaan (Longo & Mattson, 2015).
Puasa juga dapat memiliki efek positif dalam pencegahan dan perawatan kanker. Puasa dapat melindungi dari kanker, yakni tidak hanya berperan dalam mengurangi kerusakan sel akibat kanker, namun juga mampu meningkatkankematian sel prakanker. Aktivitas berpuasa juga bisa menurunkan tingkat IGF-1, yaitu hormon pertumbuhan yang terkait dengan faktor penuaan, perkembangan tumor, dan risiko kanker. Puasa juga mampu memperbaharui sel untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga penderita kanker lebih kuat melawan sel kanker (Longo & Mattson, 2015).
Puasa juga dapat menurunkan disfungsi dan degenerasi neuronal, yang mengakibatkan beberapa penyakit, seperti Alzheimer, Parkinson, dan Huntington. Degenerasi neuronal berkaitan dengan penurunan kerusakan oksidatif dan peradangan serta peningkatan bioenergi seluler dan pensinyalan faktor neurotropik. Puasa meningkatkan faktor neurotropik (BDNF dan FGF2) dan protein pendamping (HSP-70 danGRP-78) serta mengurangi kadar sitokin proinflamasi (TNF-a, IL-1b, dan IL-6). Puasa dapat memulihkan sel saraf yang rusak dengan merangsang pembentukan sinapsis dan pembentukan neuron baru dari sel induk saraf (neurogenesis). Dengan demikian, puasa dapat mengurangi neurodegeneration (Longo & Mattson, 2015).
Tak hanya itu, puasa juga sangat bermanfaat untuk penderita sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan kondisi yang berkaitan dengan obesitas, peningkatan trigliserida, hipertensi, peningkatan kadar glukosa darah, sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan stroke. Puasa mampu menurunan kadar insulin dan leptin serta meningkatkan adiponektin dan kadar ghrelin. Hal ini dapat menekan peradangan, merangsang autophagy, serta mampu menurunkan kadar lemak tubuh dan tekanan darah. Dengan demikian, puasa akan mampu menyembuhkan sindrom metabolik (Longo & Mattson, 2015).
Melibas Beragam Penyakit Era Modern dengan Puasa
Sudah saatnya puasa ini menjadi rutinitas yang ringan dijalankan masyarakat, khususnya untuk umat Islam yang diwajibkan berpuasa satu bulan penuh di Bulan Ramadhan. Puasa sudah disyariatkan sejak lama, jauh sebelum teknologi canggih ditemukan bahwa puasa mampu menyembuhkan beragam penyakit. Begitu banyak manfaat puasa bagi kesehatan manusia. Puasa mampu mengurangi risiko banyak penyakit kronis, khususnya bagi penderita obesitas. Puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi tekanan darah, lemak tubuh, IGF-I, glukosa, lipid, dan peradangan. Puasa juga dapat memperbaiki penyakit, seperti kanker, diabetes, stroke, Alzheimer, dan Parkinson. Dengan demikian, berbagai penyakit era modern diharapkan dapat disembuhkan dengan puasa, tentunya dengan diet yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penyakit dan saran dari dokter.
DAFTAR RUJUKAN
Jawa Pos. 2017. Inilah Penyakit yang Paling Banyak Menyerang Masyarakat Indonesia. (Online, https://www.jawapos.com/kesehatan/21/11/2017/inilah-penyakit-yang-paling-banyak-menyerang-masyarakat-indonesia/, diakses pada 18 Mei 2019).
Longo, Mattson. 2015. Fasting: Molecular Mechanism and Clinical Application. Cell Metabolism, 19 (2): 181-192.
Komentar
Posting Komentar