Merindu

Seketika, gigil rindu semakin merajai
Mengalir lembut, mengisi kekosongan hati

Seketika, gigil rindu menghadirkan kehangatan kasihnya kembali
Menghadirkan paras ayunya, meski hanya dalam bayang ilusi
Menyemai rasa, mendamaikan jiwa yang telah lama tak dibersamai

Namun sayang,
Aku bukanlah perindu yang ahli mengekspresikan mimik
Aku bukanlah perindu yang ahli merangkai kata puitis

Biarlah aku merindu dengan cara tak biasaku
Merindu dalam untaian doa-doaku
Merindu dalam iringan harapan kebaikan untukmu

Satu rindu untukmu, Ibu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Tentang Kepenulisan

Berbagi Kebaikan dengan Caraku (Eka Imbia Agus Diartika)

Mengapa Anak Perlu Belajar dari Alam Sekitar?